Orang Tua Merasa Lebih Mulia dari pada Anak itu Juga Berarti Sombong
Kajian Islam — Orang yang punya belas kasihan akan dikasihani oleh Sang Maha Pengasih. Orang yang tidak punya belas kasihan tidak akan dikasihani. Belas kasihan kepada para dluafa’, orang miskin, orang terkena bencana atau musibah diwujudkan melalui empati, kasih sayang, dorongan, support, atau dukungan.
Sebaliknya orang yang tega terhadap orang yang sedang kesusahan apalagi sempat-sempatnya membully, berarti hati orang itu keras dan jauh dari rahmat Allah SWT. Kerasnya hati seperti itu adalah indikator terusirnya orang itu dari pintu kasih sayang Tuhan.
Orang yang sedang lemah tidak seharusnya dibully apalagi dihina. Mereka justru harus diberikan dorongan semangat, dukungan, dan pertolongan untuk keluar dari kesulitannya. Bisa jadi kelemahan itu ada pada ekonominya, keluarganya, kecerdasannya, atau bahkan keimanannya. Maka pertolongan bagi mereka sangat diharapkan. Jangan malah diolok-olok, dibully, atau dihina. Bullying atau hinaan tidak boleh lagi terjadi kepada orang yang sedang tertimpa musibah ekonominya, keluarganya, kepandaiannya, atau bahkan keimanannya.
berikut kajian selengkapnya
Bila ada murid atau anak yang kesulitan memahami pelajaran, maka tidak seharusnya dibully atau dihina, justru harus segera ditolong. Bila ada seorang istri menghadapi masalah, maka tidak seharusnya diolok-olok oleh suaminya, justru suami harus segera menolongnya. Bila ada seorang bawahan sedang kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, maka tidak seharusnya dikecam karena ketidakmampuannya, justru harus disupport agar dapat menunaikan tugasnya dengan baik. Bila ada penduduk yang terkena bencana alam, tidak seharusnya mereka dituduh telah bermaksiat kepada Allah SWT, itu sangat menyakitkan perasaan, justru seharusnya diberikan dukungan untuk sabar dan terbebas dari musibahnya, atau bahkan dipersiapkan mitigasi bencananya.
Gampang menghina dan apalagi merasa lebih mulia adalah karakter yang berbahaya, sebagai bibit menuju kesombongan. Sebab sifat tega dan tanpa rasa belas kasihan seperti itu biasanya juga diiringi sifat sombong, angkuh, dan sok merasa kuasa. Padahal setitik saja ada rasa sombong di hati seseorang, maka dia tidak akan diijinkan masuk surga. Sebagai guru atau orang tua atau pemimpin atau sebagai apapun diri kita dan apapun profesi kita, sebisa mungkin harus mengikis setiap bibit karakter sombong tersebut.