Adi Widayat Menyoal Doa Iftitah, Ini Jawaban Kiai Ma’ruf Khozin tentang ‘Inni Wajjahtu’
SURABAYA — Kiai Ma’ruf Khozin, Ketua Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) NU Center Jawa Timur, memberikan jawaban telak atas ulasan Ustad Adi Hidayat tentang doa iftitah yang menggunakan kalimat ‘Inni Wajjahtu”.
Menurut Adi Widayat, ia telah mencarinya di 1235 kitab hadits, dan tidak menemukannya. Sampai hadits palsu pun, katanya, tidak ada. Lebih mengherankan lagi, masih kata Adi Widayat, bacaan itu hanya ditemukan saat Nabi Muhammad SAW hendak menyembelih hewan kurban. Oh ya?
Dengan sangat meyakinkan, Adi Widayat dalam video yang viral di medsos itu, mengatakan, bahwa, bacaan “Inni Wajjahtu” itu terdapat dalam riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal. Itu pun bukan dalam tata cara salat, melainkan TATA CARA MENYEMBELIH HEWAN QURBAN.
Tentu, penjelasan Adi Widayat ini membuat keluarga besar nahdliyin terkaget. Benarkah? Sebab, selama ini, meski itu amalan sunnah, kalimat ‘Inni Wajjahtu’ adalah amalan ‘paten’ warga NU saat membaca doa iftitah.
Nah, Kiai Ma’ruf Khozin memberikan jawaban telak. Menurutnya, menyoal kalimat ‘Inni Wajjahtu” dalam doa iftitah, adalah salah besar. Kalimat itu, bukan hanya ada dalam hadits, bahkan termaktub dalam Al-Quran.
“Bacaan ‘Inni Wajjahtu’ juga terdapat dalam surat Al-an’am 79 sebagai doa Nabi Ibrahim alaihis salam. Mana dasarnya? Yaitu Ibnu Umar menambahkan beberapa bacaan dalam Tahiyat,” katanya, dalam penjelasannya, Rabu 8 September 2021.
Serang Amalan NU
Kiai Ma’ruf juga menukil sebuah hadits dari Abu Rafi’ ia berkata: Telah sampai padaku sebuah surat yang berisi Iftitah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, bahwa jika Nabi bertakbir maka beliau berdoa: Inni Wajjahtu ….
Al-Hafidz Nuruddin Al Haitsami berkata: Diriwayatkan oleh Thabrani. Di dalamnya terdapat Muhammad bin Ishaq, ia terpercaya, namun ia perawi mudallis (menyamarkan) dan ia menyampaikan dengan redaksi ‘an’anah. Para perawi lainnya dinilai terpercaya. (Majma’ Az-Zawaid). Nah! Jelas kan?
“Ya, kita tidak pernah mengusik, menyalahkan, apalagi membidahkan amalan dan tata cara ibadah saudara Muslim kita yang lain, paling-paling cuma ‘ngelirik’, kok beda, begitu saja. Karena Kiai-kiai kita di pesantren memang tidak mengajarkan berbuat jelek kepada orang lain,” demikian KH Ma’ruf Khozin.
Tetapi, sayang, banyak ustad di luar NU yang menggebu-gebu menyerang amalan NU. “Inilah yang memicu warga NU, termasuk Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar, untuk memberi tanggapan dan jawaban,” jelas KH Ma’ruf Khozin. (Red)