Jihad Diri

0
1065
Bagikan Sekarang
Pada Ahad (14/03/2021), keluarga sivitas akademik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jombang, eks MAN Denanyar dalam peringatan Israk Mikraj menggelar “Kajian Kitab Kifayatul Atqiya”

eks MAN Denanyar peringati Israk Mikraj dan menggelar “Kajian Kitab Kifayatul Atqiya”

Jombang – Keluarga besar Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif, meneruskan tradisi ilmiah yang dirintis Kiai Bisri Syansuri, yaitu mengadakan pengajian kitab-kitab kuning.

Di antara kitab kuning yang rutin dingajikan adalah kitab fikih matan Zubad, dan kitab tasawuf Kifayatul Atqiya’.

Karena masa pandemi maka diberlakukan protokol kesehatan, di antaranya adalah menjaga jarak dan bermasker. Peserta pengajian dan seminar di samping hadir secara luring, juga ada peserta daring, melalui yutub MAN 4 Jombang.

Pada Ahad (14/03/2021), keluarga sivitas akademik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jombang, eks MAN Denanyar dalam peringatan Israk Mikraj menggelar “Kajian Kitab Kifayatul Atqiya” dan sekaligus Seminar Penguatan Akidah Ahlussunnah wal Jamaah an Nahdliyah dengan tema “Meningkatkan Kualitas Akhlak dan Ibadah kaum Milenial di Era Digital” dengan mengundang Ketua Majelis Pengasuh Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, KH. Abdussalam Shohib, dan Tim aswaja NU Center PWNU Jawa Timur , Yusuf Suharto. Acara berlangsung dari pukul 08.00 hingga pukul 11.30.

Kepanitian adalah sinergi dari tiga organisasi santri MAN 4 Jombang, yaitu dari Komisariat IPNU-IPPNU MAN 4 Jombang, OSIS MAN 4 Jombang, OSHASS (Organisasi Santri asrama Hasbullah Said).

Mengawali paparan, Kiai Salam menyampaikan bahwa memperingati hari besar Islam itu penting, dengan mengutip ujaran para pakar sejarah.

“Sejarah itu mengandung ilmu yang tinggi. Israk mikraj adalah bagian dari sejarah yang fundamental dari Islam. Kita jadikan landasan dalam upaya taqarrub kepada Allah.”

Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya adalah karya Sayyid Abi Bakr ad-Dimyathi, dan merupakan syarah dari Mandzumatu Hidayatul Adzkiya ila Thariqil Awliya karya Syekh Zainuddin al-Malibary. Mandzumatu Hidayatul Atqiya juga disyarahi ulama nusantara, Syekh Muhammad Nawawi al-Jawy dengan nama Salalimul Fudhala.

Kiai Salam (panggilan akrab cucu pendiri NU, KH. Bisri Syansuri), wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur ini menjelaskan kitab Kifayatul Atqiya pada halaman 112 hingga 113, dengan elaborasi tiga nadzam, tentang Jihadun Nafs.

Poin Tentang Jihadun Nafs

“Jihad nafs itu dengan membersihkan diri dari kotoran-kotoran diri (hati) dari sifat-sifat tercela, antara lain sombong, dengki. Menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji taubat, rendah hati dan seterusnya.”

Jihadun nafs, perjuangan diri ini lebih berat, karena yang dihadapi itu adalah diri sendiri. Disebut juga dengan jihad akbar (jihad besar). Jihad menghadapi musuh yang jelas musuhnya, itu jihad ashghar.”

“Orang yang ahli makrifat kepada Allah itu lebih utama daripada ahli fikih dan ushuluddin.”

Sementara, Ketua Umum Persatuan Dosen Agama Islam (Persada) Nusantara DPW Jatim, Yusuf Suharto menjelaskan posisi Ahlussunnah wal Jamaah.

“Ahlussunnah wal Jamaah itu adalah kelanjutan Islam yang murni, yang diwarisi dari ulama masa ke masa, hingga tabiut tabiin, tabiin, para sahabat dan Nabi.”

“Ahlussunnah wal Jamaah itu ya pengikut sunnah Rasulullah, para sahabat dan para ulama dari masa ke masa, yang merupakan mayoritas umat Islam.”

“Seluruh umat Islam dari kelompok mana saja, semuanya akan masuk surga. Yang bukan kategori Ahlussunnah wal Jamaah akan masuk neraka karena bid’ah akidahnya. Namun pada akhirnya akan masuk surga. Rasulullah menyatakan bahwa barang siapa yang mengucap lailaha illaLllah maka akan masuk surga.”

“Adanya riwayat bahwa seluruh umat nabi Muhammad akan masuk surga kecuali satu, maka dijelaskan dalam riwayat itu, bahwa yang satu ini adalah kaum zindiq, yaitu kaum yang zahirnya Islam, tetapi di dalam hatinya menyimpan kekufuran, yaitu kaum munafik. Jadi, intinya seluruh orang Islam kecuali orang munafik, semuanya akan masuk surga.”

Ketika Akidah Habaib Menyimpang

Dalam sesi dialog ada siswa yg bertanya, bagaimana sikap kita jika ada habaib yang akidahnya menyimpang?

Pengajar di IKHAC dan Ma’had Aly Pesantren Denanyar ini menjawab,

“Tetap hormat, karena dalam darah para beliau itu mengalir darah Rasulullah. Namun hormat itu bukan bermakna setuju. Dan di internal aswaja, tetap harus menjelaskan akidah yang benar, akidah Ahlussunnah wal Jamaah.”

Hadir dalam kegiatan yang bertempat di Aula MAN 4 Jombang itu, Kepala Madrasah H. Syamsul Maarif, jajaran pimpinan yaitu Wakil Kepala Pak Didik, Kepala Program Studi Ustaz Abdul Aziz, Pengasuh Asrama Hasbullah Said MANPK, Gus Nurul Huda, para asatiz, dan para santri MAN 4 Jombang.

Leave a reply