Menjaga Keutuhan Negara, NU Bersikukuh Tolak Negara Khilafah

Bagikan Sekarang

SURABAYA — Nahdlatul Ulama tetap menjaga watak jalan tengah (moderat) atau tawasuth dalam menyikapi kehidupan bernegara. NU tidak akan terlalu ke kanan, juga tidak akan terlalu ke kiri.

“Watak tawasuth telah menjadi bagian dari nilai Ahlussunnah waljamaah bagi NU,” tutur KH Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jatim, dalam Kajian Aswaja di Musala PWNU Jatim, Sabtu 20 Juli 2019.

Faktanya, kini di sejumlah negara di Timur Tengah yang sebelumnya aman damai, akhirnya menjadi tegang, terbawa suasana perang, akhirnya hancur. Contohnya, seperti di Suriah, Irak, Afghanistan, terus menerus terjadi perang karena ada kelompok yang memaksakan kehendaknya, agar menganut ideologinya atau menjadikan sistem khilafah.

Indonesia, tentu saja, tidak bisa dipaksakan adanya ideologi transnasional itu.

“Pertimbangannya, tidak semua wilayah di Indonesia ini beragama Islam. Ada Pulau Bali yang mayoritas beragama Hindu, demikian pula bagian lain di kawasan Timur Indonesia yang beragama Kristen. Ini menjadi pertimbangan NU bersepakat menjadikan Pancasila sebagagai falsafah negara,” tuturnya.

Keinginan yang dipaksakan, harus disikapi dengan tegas. Seperti negara khilafah justru akan menjadi Indonesia yang utuh, sebagai NKRI, akan tercerai-berai dengan pemaksaan sistem khilafah itu.

“Kiai As’ad Syamsul Arifin, Kiai Achmad Siddiq dan para ulama pesantren lainnya, mati-matian mendukung negara berdasar Pancasila karena dasar negara kita ini dirumuskan bersama tokoh-tokoh Islam dan pendiri Republik Indonesia,” kata Kiai Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Gasek Kota Malang.

Bagi NU, para tokoh Islam telah merumuskan dasar dan ideologi negara. Di dalam Pancasila, nilai-nilai Keislaman telah menjadi bagian yang bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Indonesia. (Red)

Leave a reply