Haus akan Ilmu, Rahasia Sukses Imam Al-Ghazali

0
523
Bagikan Sekarang

HUJJAH ASWAJA — Selama Ramadhan, kalangan pesantren mengaji kitab lewat daring alias online. Di antara tokoh yang selama ini dikenal sebagai pioner Ngaji Online adalah KH Ulil Abshar Abdalla alias Gus Ulil.

Kitab biografi Imam Al-Ghazali, Al-Munqid minadhalal, biografi intelektualnya, menjadi bagian penting selama Ramadhan. Selain itu, Gus Ulil juga tetap melanjutkan Ngaji Bareng Kitab Ihya Ulumiddin.

“Sesungguhnya hampir semua orang telah mengetahui keagungan dan kehebatan Al-Imam Al-Ghazali rahimahullah.(Wafat: 505H/1111M). Bahkan para ulama memberikan gelaran Hujjat al-Islam kepada beliau. Suatu gelaran khusus yang hanya diberikan kepada orang-orang tertentu daripada ulama Islam,” komentar Muhammad Imran, santri peminat Ngaji Online.

Gelaran tersebut diberikan sebab beliau telah mengembalikan keagungan ajaran Islam kepada yang sebenarnya serta telah menolakkan tuduhan-tuduhan miring kepada Islam. Utamanya dari mereka para filosof barat yang telah meremehkan ilmu-ilmu agama dan ulama-ulama Islam pada masa itu.

Tetapi tak banyak yang tahu kenapa beliau dapat mencapai ketinggian derajat seperti itu?

“Nah, dicelah-celah ngaji online kitab Al-Munqidz karangan Al-Imam Al-Ghazali dengan Gus Ulil Abshar selama bulan ramadhan tahun 1441H ini, saya menemukan sebuah fakta menarik yang mungkin dapat menjawab kenapa beliau mendapatkan ketinggian derajat seperti itu,” kata Muhammad Imran, salah seorang santri Ngaji Online Gus Ulil Abshar Abdalla, yang selama Ramadhan Ngaji Kitab Al-Munqidz Minadlalal dan Kitab Ihya Ulumiddin.

Berikut Lima Hal Rahasia Sukses Imam Al-Ghazali:

  1. Selalu Harus Ilmu
    Di dalam kitab tersebut Al-Imam Al-Gazali menulis yang maksudnya begini, “Aku selalu haus dengan mencari segala hakikat. Hal itu sudah menjadi kebiasaan sejak masa mudaku, dan merupakan naluri serta fitrah yang ditanam oleh Allah dalam diriku”.

Kalimat dari Al-Imam Al-Ghazali tersebut kiranya dapat menjawab pertanyaan di atas. Beliau mendapat kemulian dan keagungan dalam ilmu pengetahuan itu disebabkan beliau mempunyai suatu sifat keingintahuan yang amat sangat besar terhadap segala sesuatu.

Bahkan, Imam Al-Ghazali mengumpamakan dirinya sebagiai orang yang sedang kehausan. Kehausan daripada segala hakikat ilmu pengetahuan.

  1. Mencari Kebenaran Hakiki
    Sifat itulah kemudian yang mendorong Imam Al-Ghazali dari masa mudanya hingga beliau berumur 50 tahun terus belajar dan selalu mencari kebenaran hakiki. Beliau telah mempelajari dan meneliti mazhab-mazhab serta akidah-akidah setiap golongan.

Tidak ada satu aliran ataupun akidah pada masa itu kecuali telah diteliti oleh Al-Imam Al-Ghazali. Baik akidah yang benar atau akidah yang batil, akidah seorang yang zahir ataupun akidah seorang yang batin. Semua telah diteliti oleh beliau.

  1. Bergulat dalam Pemikiran: Samudera Ganas
    Beliau mengumpakan dirinya sebagai orang yang telah berenang dan masuk ke dalam samudra yang ganas. Yang penuh dengan ombak dan gelombang. Yang hanya sedikit orang yang dapat selamat dari keganasan samudra tersebut.

Saat itu beliau telah berupaya sepenuh keberanian dan kemampuan untuk melawan ombak dan menembus gelombangnya, melewati kegelapan dan mengatasi segala rintangannya. Dan akhirnya, atas pertolongan Allah, beliau dapat selamat dari keganasan samudra tersebut. Beliau dapat menemukan jalan kebenaran hakiki itu.

“Inilah Imam Al-Gazali bukan seorang yang tanggung-tanggung, yang hanya berenang ditepi pantai, yang hanya mengetahui kulit sesuatu. Tetapi beliau sudah masuk dan menemukan hakikat segala ilmu”, Ujar Gus Ulil Abshar memberi keterangan.

  1. Keingintahuan yang Dahsyat
    Sungguh sifat keingintahuan luar biasa itulah yang menyebabkan beliau mencapai puncak pengetahuan. Saya meyakini siapa pun orang bahkan yang bukan agama Islam sekalipun apabila memiliki sifat keingintahuan yang besar atas segala sesuatu, maka ia akan mencapai puncak pengetahuan.

Sesungguhnya naluri ingin tahu itu adalah salah sifat dasar yang ditanam Allah dalam setiap diri manusia. Namun terkadang sifat tersebut tertutup dengan kemalasan dan kemudian menjadi mati.

  1. Belajar karena Tahu Dirinya Bodoh
    Maka siapa saja yang ingin mendapat kemulian ilmu, hendaklah ia menjaga api sifat ingin tahu tersebut jangan samapai ia padam. Cara yang paling baik dalam menjaganya ialah dengan selalu belajar dan tidak pernah bosan.

Akhirnya marilah kita renungkan ungkapan berikut ini: “Belajarlah sehingga kamu mengetahui bahwa dirimu bodoh”.

Terimakasih kepada Kiai Gus Ulil Abshar Abdalla dan Mbak Admin, semoga sampeyan sekeluarga selalu disehatkan dan diberi panjang umur. Mohon maaf lahir batin. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1441H. Semoga segala amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amiin.

*) Dipetik Muhammad Imran dari facebook imron abu farhan. (Red)

Leave a reply