Bangun Toleransi Produktif, Tokoh Budha Bertemu Ketua NU

0
531
Bagikan Sekarang

IMG-20170503-WA0138Sejumlah tokoh agama Budha dari  Budhis Dharma Center (BDC) Surabaya berkunjung ke Museum NU di jalan  Gayungsari Surabaya (Selasa, 2 Mei 2017). Rombongan diterima langsung oleh Direktur Museum yang sekaligus Ketua PCNU Kota Surabaya, Dr. H. A. Muhibbin Zuhri, MA bersama para pengurus lainnya.

“Kami ingin mempererat jalinan persaudaraan antar tokoh agama. Terutama dengan NU, organisasi Islam terbesar yang memiliki faham moderat”. Demikian tujuan kunjungan mereka sebagaimana dikatakan oleh Herman, ketua BDC. “Kita ingin bersama-sama NU membangun harmoni dalam bingkai kebangsaan dan persaudaraan yang kokoh antar umat”, demikian tambahnya.

Menurutnya, selama ini NU sangat kuat komitmennya untuk mengayomi kelompok minoritas dan tidak mempertentangkan perbedaan. “Sejak kami mengikuti prasaran pak kiai (Muhibbin Zuhri-red) waktu seminar di UNAIR, kami sangat ingin belajar lebih banyak kearifan-kearifan dan pemikiran NU. Banyak ide-ide cemerlang beliau yang perlu ditindaklanjuti. Khususnya tentang multikulturalisme dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Syukurlah kami bisa diterima malam ini”. Demikian Herman menyampaikan apresiasinya. Dalam kesempatan ini, BDC juga menyampaikan keinginannya  mengundang Muhibbin untuk mengulas lebih jauh kearifan NU, khususnya soal tasawuf dalam seminar yang akan diselenggarakan tidak lama lagi.

Muhibbin menyampaikan terima kasih atas kunjungan itu. Ia juga menyampaikan pentingnya membangun kesepahaman dan kebersamaan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera. “Sisi wisdom dalam masing-masing agama harus dikedepankan, agar tercipta toleransi yang produktif”, katanya menegaskan.

Muhibbin juga mengajak umat Budha untuk bersama-sama menjaga negeri ini dari ancaman-ancaman dari luar dan dari dalam umat beragama sendiri. “Kita jangan mau dipecah belah. Juga, mari kita jaga umat masing-masing dari pengaruh  kelompok radikal dan ekstrem yang bisa saja muncul dari dalam umat kita sendiri”. Demikian tambahnya.

Mengenai kebhinekaan, Muhibbin menegaskan, “Perbedaan ada koridornya, termasuk dalam agama, budaya dan pemikiran. Harus saling menghargai selama masih berada dalam koridor itu. Tapi pengkhianatan terhadap konsensus nasional, sudah berada di luar koridor itu. Kitatudak boleh permisif. Harus kita lawan bersama-sama”. Demikian kata Muhibbin mengajak menyatukan langkah untuk menghadapi kelompok2 yang ingin merusak, baik yang berbasis agama, sekular (termasuk kelompok neo-liberal dan kapitalis), juga  komunis.

Leave a reply