Sutradara Diary Santri Tidak Menyangka Sabet Dua Penghargaan

0
642
Bagikan Sekarang

Probolinggo—Prestasi membanggakan ditorehkan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Pada lomba film pendek antar pesantren se-Indonesia, karya berjudul “Diary Santri” keluar sebagai pemenang untuk kategori sutradara sekaligus film pendek terbaik.

Dihubungi media ini, Shinta Wina Maryani sang sutradara yang merupakan santri Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo mengaku senang dan bersyukur. “Karena jerih payah yang kami lakukan bersama sejumlah santri membuahkan hasil maksimal,” kata Shinta sapaan akrabnya, Selasa (27/3).

“Kami tidak menyangka Diary Santri bahkan bisa menyabet dua penghargaan sekaligus pada pada malam anugerah festival film santri 2017,” bangganya.
Siswa kelas XI Madrasah Aliyah Zainul Hasan 1 Genggong Probolinggo ini, berharap film pendek tersebut dapat memacu kreasi para santri lain. “Alhamdulillah, senang sekali. Semoga dengan film kami, orang akan terinspirasi khususnya santri untuk bisa jadi lebih maju,” ungkap Shinta.

Menurutnya, Diary Santri bercerita tentang seorang santriwati bernama Ainun yang ingin menebar manfaat bagi lingkungan sekitar. Dia berasal dari desa terpencil yang kualitas sekolahnya sangat terbalakang. Sehingga Ainun terketuk hati membuat sekolah di desanya menjadi maju.

“Ainun ingin bermanfaat untuk orang yang ada di desa. Dia terinspirasi dari hadits yang diajarkan gurunya bahwa sebaik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain,” jelasnya.

Untuk pembuatan film ini, Shinta mengaku membutuhkan waktu cukup singkat yaitu dua minggu. Sebelumnya, untuk mengikuti lomba, Shinta dan teman-teman santri lain mengikuti workhsop perfilman yang diadakan oleh pihak pesantren setempat.

Salah satu pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong KH Hassan Ahsan Malik menuturkan, Diary Santri merupakan jalan dakwah santri melalui dunia perfilman. Itu juga menjadi ikhtiyar dalam berjihad menyebarkan pesan moral anak bangsa.

“Cita-cita mulia yang muncul dari ide anak pesantren ini bisa dikemas dengan mengisi dunia hiburan,” ungkap kiai muda ini. Harapannya, semoga nanti akan muncul sutradara terbaik dari berbagai pesantren di Indonesia yang mampu memberi warna dakwah bil hal di layar kaca, lanjut keponakan Ketua PWNU Jawa Timur KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah tersebut.

Untuk kategori sutradara dan film pendek terbaik ini, Diary Santri berhasil unggul dari empat nominator lainnya yaitu sutradara film Alif, Edy Prasojo, dari Pondok Pesantren Nurul Huda Pringsewu Lampung. Juga sutradara film A LIGHT karya Riski Hanifa dari Pondok Pesantren al-Ikhlas Putri Ciawigebang Kuningan Jawa Barat, serta sutradara film Jujur = Pintar, Zaira Rizqiany Firdaus, dari Perspective of Sineas SMK Al Wafa Bandung. Ada juga sutradara film 96, Zafran Nabil Fauzan, dari Raru Production Pondok Pesantren Modern Enrekang.

Penilaian dilakukan oleh tiga dewan juri yaitu Habiburrahman El Shirazi, Dani Sapawie dan Embi C Noer. Sebelumnya, para juri telah menyeleksi secara ketat sebanyak 118 naskah yang diterima panitia penyelenggara lomba film pendek antar pesantren se-Indonesia. (s@if)

Leave a reply