Kepergian Syamsul Huda, Pencinta NU Lumajang yang Enerjik

0
797
Bagikan Sekarang

Oleh: H Sulthan Fatoni (Ketua PBNU)

Belum lama saya mengenal akrab Bapak Syamsul Huda, Ketua PCNU Kabupaten Lumajang. Mendengar namanya, saya sudah lama. Dua tahun terakhir saya cukup akrab dan sering komunikasi.
“Pak Sulton, saya ingin ketemu jenengan,” katanya suatu hari via telpon. Saya pun menunggunya di kantor PBNU. Menjelang shalat Jumat, Pak Syamsul muncul. Selepas shalat di Masjid an-Nahdlah PBNU, ia saya antar silaturahmi dengan Kiai Said Aqil di lantai 3. Ia kemudian menyampaikan kepada Kiai Said tentang proyek rintisan Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Lumajang, termasuk ijinnya yang belum keluar.
“Saya pasang saja foto Wakil Gubernur Jawa Timur, Gus Ipul sambil nunggu ijin yang belum keluar,” tutur Pak Syamsul. Kami tertawa mendengarnya.
“Temui Pak Syahrizal Syarif, ya. Sulton, antarkan ke Pak Syahrizal.” Itu perintah Kiai Said. Saya ajak Pak Syamsul ke kantor Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (Lazis) PBNU dulu untuk sharing informasi dan program.
Puas bertukar informasi dengan Ketua Lazis PBNU yang juga bernama Syamsul Huda, kami pun berangkat ke bilangan Blok M menemui Pak Syahrizal yang memang di PBNU mengurus kesehatan dan rumah sakit. Cukup larut malam dan alhamdulillah urusanpun kelar.
Pak Syamsul pribadi yang terbuka. Berkesan kalau pernah komunikasi dengannya. Kepada yang muda tak segan berbagi pengalaman dan nasihat.
“Pak Sulton, saya ingin tidur di rumah jenengan.” Tiba-tiba Pak Syamsul menyampaikan maksudnya saat berada di Jakarta. Tentu saya senang mendengarnya. Di rumah, saya bisa ngobrol sepuasnya. Pagi menjelang, kami lanjutkan berbincang-bincang santai hingga waktunya menuju bandara.
Pak Syamsul sering kontak, dan saya pun begitu. Pak Syamsul ingin ada komunikasi intens dengan PBNU. Saya pun berupaya agar kegiatan di PBNU bisa sampai ke Lumajang, seperti Ekspedisi Islam Nusantara singgah ke Lumajang, penulisan buku tentang Kerajaan Islam Nusantara, PBNU bagi-bagi motor pun Pak Syamsul kontak saya dan RSNU Lumajang pun kebagian jatah hibah motor. Termasuk proyek pengembangan RSNU Lumajang yang beliau tangani dengan Pak Syahrizal. Betul-betul energik beliau ini.
Sebulan terakhir Pak Syamsul beberapa kali kontak saya, “Kapan Ambulance bantuan PBNU dikirim ke Lumajang?” tanya beliau. Ya, berkat komunikasi supel Pak Syamsul, PBNU hibah ambulance untuk RSNU Lumajang. Saya hanya bisa janji dan janji karena kesulitan mencari supir yang mau mengantar kendaraannya ke Lumajang.
Baru sepuluh hari lalu saya nelpon beliau. “Pak Syamsul, ambulance sudah di rumah saya di Suko. Kapan bisa jenengan ambil?” Saya WA beliau. Pukul 5 sore Pak Syamsul datang ambil ambulance. Beliau kaget saya ada di rumah Suko.
“Lho jenengan pulang tho. Saya pikir cuma ambulance-nya,” sapa beliau.
Saya pun bincang-bincang berdua. Muncul Gus Qusyairi, Katib Syuriah PCNU bergabung.
“Kami punya dua mobil. Nanti dibagi, ada yang untuk janazah, ada yang untuk pasien sakit,” ujarnya.
Karena masih penuh barang, Pak Syamsul urung membawa ambulance sendiri. Selepas Maghrib, teman-teman aktifis PCNU Lumajang seperti Ahmad Salakhuddin serta mas Ayyi bersama rekannya datang mengambil ambulance.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kabar Pak Syamsul wafat sampai ke saya. Sedih mendengarnya. Kaget tak tertahankan. Dan benar, ambulance berlogo NU yang ditunggu-tunggu itu mengantarkan Pak Syamsul ke liang lahat. Semoga Allah menerima amalnya dan mengampuni dosa-dosanya.

Leave a reply