Inilah Dalil Keabsahan Istighotsah

0
5971
Bagikan Sekarang

Oleh: Ustadz Ma’ruf Khozin*

Istighotsah berasal dari susunan kalimat “ghauts” yang artinya pertolongan dan diimbuhi huruf “sin” yang artinya adalah permintaan.
Sementara huruf ta’ ta’nits di bagian belakang (استغاثة) adalah tambahan yang lazim terdapat dalam kata benda, seperti dijelaskan dalam Nadzam Alfiyah Ibnu Malik. Jadi Istighotsah maknanya adalah permintaan tolong kepada Allah SWT.
Bacaan Istighotsah bersumber dari hadis:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ « يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ
Anas berkata: “Jika Rasulullah menemukan kesulitan, beliau berdoa ‘Wahai Dzat yang maha hidup kekal dan maha mengurusi segala sesuatu, Dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan.” (HR al-Turmudzi)

Doa dengan Asmaul Husna
Kebanyakan doa yang dibaca dalam istighotsah adalah asmaul husna, seperti dalam perintah Allah:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا – الأعراف/180

“Hanya milik Allah asmaul husna (bagus), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna…” (al-A’raf: 180)

Kalimat Seruan “Ya Rasulullah”
Sebagian kalangan menolak mengamalkan doa Istighotsah ini karena dianggap ada kalimat yang menjurus pada kesyirikan, yaitu seruan permintaan tolong kepada Rasulullah. Benarkah ini syirik?
Jawabannya, “tidak benar”, doa tawassul dengan menyebutkan atau berseru dengan nama Nabi bukan syirik, sebab hakikatnya yang diminta pertolongan hanya Allah dan hanya bertawassul dengan Nabi. Hal ini sudah pernah dilakukan oleh sahabat Nabi, yaitu Ibnu Umar:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺷﻌﺒﺔ، ﻗﺎﻝ: ﻛﻨﺖ ﺃﻣﺸﻲ ﻣﻊ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ، ﻓﺨﺪﺭﺕ ﺭﺟﻠﻪ، ﻓﺠﻠﺲ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﺭﺟﻞ: اﺫﻛﺮ ﺃﺣﺐ اﻟﻨﺎﺱ ﺇﻟﻴﻚ. ﻓﻘﺎﻝ: «ﻳﺎ ﻣﺤﻤﺪاﻩ ﻓﻘﺎﻡ ﻓﻤﺸﻰ
Abu Syu’bah berkata: “Aku berjalan bersama Ibnu Umar, tiba-tiba kakinya mati rasa (tidak dapat digerakkan), sehingga ia duduk.” Lalu seorang laki-laki berkata kepadanya: “Panggil orang yang paling kamu cintai.” Lalu Ibn Umar berkata: “Ya Muhammad.” Maka iapun dapat berdiri dan berjalan. (HR al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad, Ibnu as-Sunni dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah dengan 2 jalur sanad)

Istighotsah sebagai pengamalan hadits:
وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَيَبْعَثَنَّ اللهُ أَقْوَامًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي وُجُوْهِهِمُ النُّوْرُ عَلَى مَنَابِرِ اللُؤْلُؤِ يَغْبِطُهُمُ النَّاسُ لَيْسُوْا بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ قَالَّ فَجَثَّى أَعْرَابِيٌ عَلَى رُكْبَتَيْهِ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ حِلَّهُمْ لَنَا نَعْرِفْهُمْ قَالَ هُمُ الْمُتَحَابُّوْنَ فِي اللهِ مِنْ قَبَائِلَ شَتَّى وَمِنْ بِلَادٍ شَتَّى يَجْتَمِعُوْنَ عَلَى ذِكْرِ اللهِ يَذْكُرُوْنَهُ. رواه الطبراني وإسناده حسن.
“Sungguh Allah akan membangkitkan kaum di hari kiamat, wajahnya bersinar, dikelilingi umat manusia. Mereka bukan Nabi dan Syahid.” Lalu seorang sahabat bertanya: “Tunjukkan siapa mereka?.” Nabi menjawab: “Mereka orang yang saling cinta karena Allah, dari suku dan daerah berbeda, berkumpul untuk dzikir kepada Allah.” (HR al-Thabrani, hadis hasan)

Dzikir bersama dengan suara keras dijelaskan dalam hadits berikut:
وعن ابن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال قال الله تبارك وتعالى يا ابن آدم إذا ذكرتني خالياً ذكرتك خالياً وإذا ذكرتني في ملأ ذكرتك في ملأ خير من الذين ذكرتني فيهم رواه البزار ورجاله رجال الصحيح غير بشر بن معاذ العقدي وهو ثقة
Nabi bersabda bahwa Allah berfirman: “Wahai manusia, jika kamu mengebut-Ku menyendiri, maka Aku menyebutmu menyendiri. Jika kamu menyebut-Ku dalam perkumpulan mulia, maka Aku menyebutmu dalam perkumpulan mulia yang lebih baik.” (HR al-Bazzar, perawinya sahih selain Bisyr bin Mu’adz ia terpercaya)
Hadis ini adalah dalil mengeraskan dzikir secara berjamaah seperti yang ditafsirkan oleh ulama ahli hadis terkemuka Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani:
ﻭاﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﺇﻥ ﺫﻛﺮﻧﻲ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﺫﻛﺮﺗﻪ ﺑﺜﻮاﺏ ﻻ ﺃﻃﻠﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺣﺪا ﻭﺇﻥ ﺫﻛﺮﻧﻲ ﺟﻬﺮا ﺫﻛﺮﺗﻪ ﺑﺜﻮاﺏ ﺃﻃﻠﻊ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻤﻸ اﻷﻋﻠﻰ
Makna hadis itu adalah: “Jika ia menyebut-Ku dalam hatinya, maka Aku menyebut dia dengan pahala yang tidak Aku perlihatkan pada siapapun. Dan jika dia menyebut-Ku dengan suara keras (di hadapan jamaah) maka Aku menyebut dia dengan pahala yang Aku perlihatkan kepada sekelompok jamaah yang lebih tinggi.” (Lihat: Fathul Bari 13/386)

*Aswaja Center PWNU Jatim. http://www.hujjahnu.com/2017/04/dalil-dalil-istighatsah-lengkap.html

Leave a reply