Berbagai Masalah Kenegaraan Dibahas Jelang Haul Agung Sunan Ampel

0
553
Bagikan Sekarang

Surabaya – Karena imbas pilkada serta berkembangnya berbagai aliran di tanah air, sejumlah kalangan mulai mempersoalkan ukhuwah atau persaudaraan yang pernah digagas para kiai dan ulama. Batasan siapa yang layak diakui sebagai “saudara” dalam agama hingga kehidupan berbangsa menjadi topik yang kian hangat diperbincangkan.

“Pembicaraan tidak kalah menarik lantaran di ranah keagamaan juga muncul sejumlah aliran Islam transnasional yang cenderung radikal, gemar menyesatkan maupun mengafirkan kelompok yang berbeda secara provokatif,” kata KH Ahmad Asyhar Shofwan, Kamis (27/4).

Sejumlah masalah itulah yang memantik berbagai kiai dan ulama pesantren dari berbagai kota di Jawa Timur untuk mendiskusikan dalam forum bahtsul masail. “Kegiatan mengambil tema manhaj beragama ala Walisongo; perekat persaudaraan Islam dan persatuan nasional yang dilaksanakan 11 Mei mendatang,” kata Ketua PW Lembaga Bahtsul Masail NU Jawa Timur tersebut.

Menurut Kiai Asyhar, sapaan akrabnya, kegiatan diprakarsai PWNU Jawa Timur bersama Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya, serta dilaksanakan dalam rangkaian haul agung Sunan Ampel.

Seiring tantangan yang muncul, persaudaraan atau ukhuwah yang selama ini digagas NU juga mengalami dinamika. “NU telah mempuyai rumusan yang jelas tentang persaudaraan sesama umat Islam atau ukhuwah Islamiyyah, persaudaraan kebangsaan yang dikenal dengan ukhuwah wathaniyyah, serta kemanusiaan atau ukhuwah basyariyyah,” jelas Kiai Asyhar.

Hal tersebut sebagai kesadaran berada di tengah kemajemukan bangsa serta implementasi dari firman Allah khususnya pada surat al-Hujurat ayat 13. “Karena pada ayat tersebut diingatkan bahwa manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang kemudian menyebar sehingga menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuannya adalah supaya saling mengenal,” ungkapnya. Sedangkan orang yang paling mulia adalah mereka yang paling bertakwa, lanjutnya.

Diharapkan, dari bahtsul masail ini akan terjawab sejumlah bahasan tentang aspek apa saja yang menjadi kriteria dan batasan antara sesama muslim sebagai saudara. “Juga terhadap muslim yang berbeda dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin), apakah masih dapat disebut saudara dalam Islam,” katanya. Kemudian, sejauh mana perbedaan dalam persoalan cabang-cabang agama (furu’uddin) dan thariqah dapat ditoleransi.

Sedangkan khusus di internal NU, pembahasan nantinya akan mengerucut pada manhaj Islam Aswaja an-Nahdliyyah menyikapi realitas kebhinnekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Juga menyikapi isu bernuansa SARA yang disinyalir terkandung agenda politik yang mengarah kepada pembubaran NKRI dan Pancasila,” pungkasnya.

Selain bahtsul masail, menjelang puncak haul agung Sunan Ampel juga diselenggarakan seminar kebangsaan yang menghadirkan KH Ma’ruf Amin (Rais Aam NU) serta mantan Wakil Ketua Umum PBNU, DR KH As’ad Said Ali. (s@if)

Leave a reply