Ribuan Nahdliyin Probolinggo Meriahkan Harlah ke-93 NU

0
929
Bagikan Sekarang
Ribuan nahdliyin memadati Alun-alun Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo dalam peringatan Harlah NU ke-93 dan Harlah GP Ansor ke-82, Senin (25/4/2016) malam.

Ribuan nahdliyin memadati Alun-alun Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo dalam peringatan Harlah NU ke-93 dan Harlah GP Ansor ke-82, Senin (25/4/2016) malam.

PROBOLINGGO – Alun-alun Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo pada Senin (25/4/2016) malam dipadati ribuan nahdliyin. Mereka menghadiri kegiatan hari lahir (harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-93 serta harlah Gerakan Pemuda (GP) Ansor ke-82. Kegiatan tersebut digelar PCNU Kota Kraksaan dan PC GP Ansor Kota Kraksaan.

Bersamaan dengan kegiatan tersebut juga dilaksanakan pengukuhan Pengurus Cabang Lembaga Dakwah NU (LDNU) Kota Kraksaan. Dengan pengukuhan tersebut, PC LDNU Kota Kraksaan secara resmi dipimpin oleh KH Hassan Ahsan Malik.

Peringatan harlah NU ke-93 ini dikemas dengan pembacaan sholawat Nabi Muhammad SAW serta pengajian akbar. Sekitar pukul 19.00, pengajian dimulai dengan dipandu oleh para ulama Kabupaten Probolinggo yang hadir pada kegiatan tersebut. Ribuan muslimin-muslimat mengikuti pengajian tersebut penuh khidmat.

Di sela-sela kegiatan tersebut, ribuan hadirin dihibur oleh penampilan seni barongsai yang ditampilkan anggota Satkorcab Banser PCNU Kota Kraksaan. Penampilan rancak penari barongsai tersebut mendapat apresiasi dari hadirin.

Peringatan harlah NU ini juga dihadiri Wakil Ketua PWNU Jawa Timur KH Abdurrahman Navis. Dalam sambutannya, KH Navis mengupas banyak hal mengenai kiprah Wali Songo yang mensyiarkan Islam di Indonesia beberapa abad lampau. “Wali Songo meletakkan dasar-dasar dakwah yang tepat untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini menjadi acuan yang cukup penting untuk para ulama Indonesia saat ini,” terangnya.

Menurut KH Navis, dakwah yang disampaikan Wali Songo memiliki keunikan tersendiri. Dakwah Wali Songo di Indonesia, berbeda dengan syiar Islam di kebanyakan negara lainnya.

“Tidak ada kekerasan dalam mensyiarkan Islam di bumi nusantara ini. Tidak perlu perang untuk membumikan Islam di Indonesia. Tidak ada bunyi ledakan bom. Kenapa demikian? Karena Wali Songo berdakwah dengan cara yang mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Yakni melalui pendekatan yang membumi, bukan dengan kekerasan,” ungkap Direktur Aswaja Center PWNU Jawa Timur ini.

Pola dakwah semacam itulah yang patut diterapkan para ulama di Indonesia saat ini. Apalagi salah satu sasaran dakwah adalah kalangan remaja yang rentan mengikuti tren gaya hidup yang cenderung negatif. “Remaja lebih tertarik pada dakwah dengan materi yang sesuai dengan gaya hidup mereka,” kata KH Navis.

Lebih jauh, KH Abdurrahman Navis berharap harlah NU ke-93 ini menjadi momentum untuk semakin memperkuat ukhuwah nahdliyah. “Ke depan, akan sangat banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi NU. Marilah kita bersama-sama meneguhkan iman demi kekuatan Islam Ahlussunnah wal Jamaah di Indonesia,” terangnya.

Sementara itu, Mustasyar PCNU Kota Kraksaan H Hasan Aminuddin mengatakan, NU adalah organisasi terbesar di Indonesia. Oleh karenanya, akan sangat banyak tantangan yang dihadapi NU.

“NU sudah berusia hampir 1 abad. Sudah banyak hambatan dilalui. Insya Allah NU akan semakin besar dari waktu ke waktu. Marilah kita berkhidmat kepada NU, berkirim doa kepada para pendiri dan para ulama terdahulu yang telah membesarkan NU,” kata Anggota Komisi VIII DPR RI ini. (eem)

Leave a reply