Surabaya – Ada dua kegiatan yang diselenggarakan hari ini, menyambut haul agung Sunan Ampel Surabaya. Seminar dan bahtsul masail kebangsaan dengan tema yang diangkat yakni manhaj beragama ala Walisongo; perekat persaudaraan Islam dan persatuan nasional.
Dalam seminar yang berlangsung sebelum shalat dhuhur, menghadirkan KH Ma’ruf Amin dan KH As’ad Said Ali. Sedangkan pada bahtsul masail, tidak hanya peserta dari pesantren di Jawa Timur yang datang, juga dari Bali, hingga Jawa Tengah. Sejumlah persoalan keagamaan yang bernuasa kebangsaan turut didiskusikan secara intensif.
Dalam release yang diterima redaksi, KH Ahmad Asyhar Shofwan, M.Pd.I selaku juru bicara mengemukakan bahwa NU dipercaya sebagai penerus dakwah ramah Walisongo di bumi Nusantara. Rumusan yang digunakan adalah tiga ukhuwah yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. “Hal tersebut dalam upaya menempatkan diri dengan sebaik-baiknya di tengah kemajemukan bangsa,” kata Kiai Asyhar, sembari mengutip ayat ketigabelas dari surat al-Hujurat, Kamis (11/5) petang.
“Namun demikian, eksistensi NU sebagai jamiyah diniyah ijtima’iyah dalam konteks kebangsaan terus menghadapi berbagai tantangan,” kata Ketua PW Lembaga Bahtshul Masail NU Jatim tersebut. Baik tantangan dalam ranah keagamaan seiring gencarnya gerakan aliran Islam transnasional yang cenderung radikal, mudah menyesatkan dan mengafirkan kelompok yang berbeda secara provokatif.
“Atau juga tantangan dalam ranah kebangsaan, sejalan makin tersebarnya propaganda yang menanamkan benih kebencian, rasa saling curiga dan adu domba, serta massifnya upaya mendeligitimasi NKRI dan Pancasila sebagai falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.
Benang merah dari seminar dan bahtsul masail kebangsaan setidaknya memberikan lima pokok pikiran.
Pertama, Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tidak bertentangan dengan agama dan tidak perlu dipertentangkan.
Kedua, dalam sepanjang sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila terbukti menjamin kehidupan beragama tanpa menimbulkan konflik antarpemeluknya.
Ketiga, NKRI merupakan upaya final dari perjuangan seluruh penduduk Indonesia –termasuk umat Islam di dalamnya- dalam mendirikan negara.
Keempat, berkaitan dengan hal itu, NU berkewajiban menjaga NKRI dan Pancasila dengan mengacu pada garis-garis perjuangan organisasi sebagai wujud nyata dakwah Islam ala manhaj Walisongo.
Kelima, menyikapi berbagai tantangan di bidang keagamaan dan kebangsaan, NU mengajak seluruh elemen bangsa untuk memprioritaskan persatuan nasional dan keutuhan bangsa di atas segala kepentingan. (s@if)