Refleksi Harlah NU dari Tempat Kelahirannya

94 tahun yang lalu, NU lahir di kota ini, Surabaya, kota pergerakan. Adalah pemuda Wahab Hasbullah dari kertopaten bersama kolega sekaligus sekretarisnya, Halim Leumunding yang tinggal di Kedung Sroko, membaca zamannya dengan cerdas dan merangkai potensi para ulama untuk menggerakkan perubahan.
Mereka mendirikan Nahdlatoel Wathan di kampung Kawatan, sebuah institusi penyemai nasionalisme dan patriotisme anak-anak bangsa. Bersama mereka, para intelektual organik seperti Mas Mansur dari kampung Ampel (yang kemudian ikut Muhammdiyah), Mas Alwi bin Abdul Aziz dari kampung Ampel (Pengusul nama Nahdlatoel Ulama), Haji Kohar dan tokoh-tokoh surabaya lainnya.
Tahun 1926, mereka membentuk Komite Hijaz yang menjadi embrio lahirnya NU. KH. Ridwan Abdullah dari kampung Bubutan ditunjuk untuk membuat lambang organisasi dan disusunlah kepengurusan awal organisasi yang kelak akan menjadi ormas keagamaan terbesar di Indonesia.
KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng didaulat para kiai sebagai Rais Akbar didampingi KH. Dachlan Akhyat dari Kampung Kebondalem (pendiri dan sekaligus ketua MIAI yang kelak menjadi MASYUMI). KH. Wahab Hasbullah sebagai Katib dan KH. Halim Leumunding wakilnya.
Di jajaran Eksekutif (tanfidziyah), H. Hasan Gipo dari kampung Ampel ditunjuk sebagai President diwakili H. Soleh Syamil. Sedangkan sekretarisnya adalah Muhammad Sodiq Sugeng.
Panjang sekali untuk disebutkan deretan arek-arek Suroboyo yang menjadi penggerak NU era awal. Saya dan kawan2 sedang dalam usaha merepro dan mentranslate dokumen2 awal pergerakan NU era awal di Surabaya.
Untuk pertama kalinya pula, lebih dari tiga dasawarsa NU berkantor pusat di Surabaya. Namanya HBNO (Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama). Sebuah gedung cagar budaya yang sekarang menjadi kantor cabang NU Kota Surabaya.
Hampir seabad yang lalu NU lahir di Surabaya. Ya.., NU lahir di kota. Kenapa sekarang masih ada yang mencitrakan bahwa NU itu berbasis pedesaan dan tidak kompatibel dengan dinamika perkotaan ???. Semua itu tidak benar, dan kita tertantang untuk menyatakan sebaliknya. Bukan hanya dengan kata-kata, tetapi aksi nyata: Pesantren kita harus dikuatkan kapasitasnya. Sekolah, madrasah, perguruan tinggi dan rumah sakit kita harus lebih unggul ; Anak-anak kita harus didorong menempuh pendidikan lebih tinggi di beragam disiplin keilmuan ; Masjid dan majelis-majelis kita harus dijaga dan dimakmurkan ; da’i-da’i kita harus terus mengapgrade kapasitas diri dan strategi dakwahnya, dan ; Setiap pengurus harus telaten hadir dalam program ri’ayatul-ummah.
Sekarang mari saling bantu, bahu membahu. Kita bangkitkan kembali NU dari Surabaya. Kelak pada usianya yang satu abad, kita berharap NUurban Surabaya bisa menjadi masterpice NU. Ayo kita bangun NU dengan idealisme dan nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi awal dan berinovasi untuk menjadikan NU lebih bermanfaat untuk zamannya.
SELAMAT HARLAH NU KE-94
(16 RAJAB 1344 – 1438 H)
Ahmad Muhibbin Zuhri
Ketua PCNU Surabaya