Pendidikan Sebagai Pilar Penting Dalam Menjaga Moderasi Beragama

Guru Agama dihadapkan dengan tugas berat yaitu selain mengajarkan agama secara benar dan utuh Guru Agama juga dituntut untuk mengajarkan bagaimana moderasi dalam beragama,
0
339
Bagikan Sekarang

Sidoarjo – Toleransi di negeri ini kembali ternoda. Bom bunuh diri di depan gereja Katedral di Makasar Minggu dan penangkapan terduga terosis dibeberapa daerah kemarin telah memberikan suatu sinyal bahwa Anasir-Anasir kebencian yang berdimensikan pemahaman keagamaan yang salah masih bersemayam. Meski upaya negara mengembangkan moderasi beragama, sekaligus menciptakan suatu model kerukunan umat beragama terus menerus dilakukan, tetap saja masih belum mampu menghapus adanya Anasir Anasir jahat tersebut. Bahwa memang bom bunuh diri tidak boleh dikaitkan dengan ajaran agama, tapi diakui atau tidak disebagian kalangan beragama masih saja suka memproduksi berbagai ajaran yang menunjukkan adanya kebencian pada beragama yang berbeda atau minimal ketidaksukaan terhadap adanya umat beragama lain dalam ruang yang bernama Indonesia. Memang menelusuri jejak radikalisme beragama teramat kompleks merunut nya, bisa karena masalah paham yang salah atau bisa juga dari adanya penyikapan yang salah terhadap berbagai persoalan yang ada di negeri ini, baik soal ekonomi, budaya maupun politik kebijakan. Namun demikian, melakukan kegiatan yang merusak dengan argumentasi agama jelas malah mereduksi kesakralan ajaran agama. Karenanya, ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah, tokoh agama dan khususnya Guru Agama di Pendidikan formal untuk tetap menguatkan narasi moderasi beragama di tengah keragaman umat beragama di Indonesia.

Membangun Sikap Toleransi

Selain perlu diselenggarakan upaya pembauran dari masing masing agama dalam rumah kebudayaan, untuk saling berinteraksi satu sama lain, bekerja sama membangun sikap toleransi serta melakukan sosial budaya sehari hari secara natural juga perlu dibuat desain natural mengembangkan sikap toleransi di tengah keragaman ini.
Salah satu upaya penting itu adalah melalui pendidikan, tidak hanya soal pendidikan agama melainkan keseluruhan sistem pendidikan harus menginisiasi munculnya nilai nilai kewarganegaraan yang inklusif dan toleran. Pendidikan agama menjadi salah satu pintu dalam menciptakan pemahaman keagamaan yang moderat yang memproduksi kebenaran bukan kebencian. melalui pendidikan, maka upaya menciptakan warga negara yang memiliki nilai utama sebagai warga negara (civics virtue) akan berkorelasi dengan sikap inklusif berhadapan dengan perbedaan. Nilai kewargaan akan melahirkan suatu bentuk tanggungjawab sebgaia warga negara bagiamana harus menempatkan diri dalam konteks pluralitas bangsa ini.

Tugas Berat Guru Agama

Guru Agama dihadapkan dengan tugas berat yaitu selain mengajarkan agama secara benar dan utuh Guru Agama juga dituntut untuk mengajarkan bagaimana moderasi dalam beragama, berinteraksi dengan orang yang beragama lain dan memahami bahwasannya perbedaan itu adalah suatu hal yang lumrah, tugas yang berat itu berbanding terbalik dengan honorarium yang diterima oleh Guru Agama, belum juga adanya perbedaan perlakuan antara Guru yang mengajar di Lembaga yang dinaungi kementrian agama dengan guru yang mengajar di Lembaga yang dinaungi kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, itupun sudah menjadi problematika tersendiri yang harus dipikirkan Bersama-sama terutama para pemangku kebijakan.

Karenanya, negara harus kembali meninjau ulang bagaimana sistem pendidikan kita agar kembali sesuai dengan apa yang pernah diungkapkan Ki Hadjar Dewantara, bahwa mendidik anak adalah mendidik warga. artinya pendidikan memiliki tanggungjawab utama dalam rangka mengembangkan anak didik sebagai warga negara Indonesia yang sadar akan tanggung jawab nya ditengah tengah persoalan kebangsaan ini. Pendidikan tidak boleh melahirkan luaran pendidikan yang kontraproduktif dengan nilai nilai kewargaan. Ini adalah momentum penting untuk duduk bersama mengevaluasi kembali bagaimana system pendididikan kita selama ini utamanya yang berhubungan dengan tujuan melahirkan nilai nilai kewarganegaraan. orientasi meningkatkan daya saing bangsa tetaplah dalam koridor meletakkan pendidikan di negeri ini sebagai upaya sungguh sungguh menciptakan warga negara yang baik dan pendidikan agama adalah bagian penting untuk menciptakan kondisi demikian pendidikan agama akhirnya akan dapat melahirkan umat yang Sholeh dalam beragama sekaligus loyal sebagai warga negara. Semoga

Selamat Harlah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama ke 69 tugas Pergunu tidaklah mudah karena tugas Pergunu bukan hanya mencerdaskan akan tetapi juga memuliakan hati.

Mochammad Fuad Nadjib
Khodim PW LTN-NU Jawa Timur
Sekertaris PC PERGUNU Sidoarjo

Leave a reply