Napak Tilas di Situbondo, Tim Diingatkan Peran Strategis Kiai As’ad

0
642
Bagikan Sekarang

Situbondo – Seperti diketahui, tim Kirab Resolusi Jihad NU Hari Santri diberangkatkan Ketua PBNU, H Saifullah Yusuf, Kamis (13/10) siang. Sebelum diberangkatkan tak lupa tim mendengarkan pembacaan Ikrar Santri yang dilakukan Koordinator Kirab Resolusi Jihad, Isfah Abidal Aziz.

Dalam pantauan sejumlah media, tak kurang 6000 santri dan masyarakat umum berbaur mengawal berlangsungnya upacara pemberangkatan yang dilaksanakan di Lapangan Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Banyuwangi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan sejumlah tokoh turut hadir.
Dan mendekati pukul sepuluh, rombongan kirab bergerak ke arah Situbondo. Tim kali ini dibagi dalam lima bus, setelah ada penambahan peserta dari Jawa Timur.

Para santri, siswa sekolah, dan masyarakat umum mengawal keberangkatan tim dengan lambaian tangan dan pertunjukan marching band di beberapa titik yang dilalui tim, hingga memasuki Kabupaten Situbondo.

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi mengawal tim hingga MWCNU Wongsorejo di perbatasan Banyuwangi-Situbondo. Seremonial sederhana, namun penuh khidmat terjadi saat bendera pataka (panji tanda kebesaran) diestafetkan dari PCNU Banyuwangi kepada PCNU Situbondo. Ini sekaligus menjadi tanda bahwa tim kirab selanjutnya dikawal PCNU Situbondo.

Armada bus pun membelah hutan jati Baluran. Tujuan tim berikutnya adalah Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Grup hadrah pondok pesantren yang kini berusia 102 tahun, menyambut kedatangan tim yang tiba bersamaan dengan masuknya waktu shalat Ashar.

Tim selanjutnya melakukan ziarah ke makam KH As’ad Syamsul Arifin. Prosesi tahlil dipimpin PCNU Situbondo dengan sambutan pembuka oleh Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, KH Sholeh Hayat.

Dalam paparannya, KH Sholeh Hayat menceritakan ada beberapa peninggalan penting dari sosok KH As’ad Syamsul Arifin. Di antaranya, bel;iau dikenal sebagai penghubung pesan KH Cholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asy’ari menjelang pendirian NU pada 1926. Pesan tersebut dikirim dengan perantara tongkat. Bila NU akhirnya berdiri dan berkembang maju seperti saat ini, tidak bisa mengabaikan peran KH As’ad muda. Selain itu, KH As’ad pada masa perjuangan 1945 terlibat memimpin Laskar Hisbullah yang bergerilya di daerah Besuki.

Selesai ziarah, selanjutnya tim beramahtamah dengan keluarga pengasuh pesantren. KH Afifudin Muhajir berkenan memberikan kata sambutan mewakili tuan rumah.

Dalam penjelasannya, KH Afifudin menyampaikan rasa terimakasih karena tim kirab menjadikan Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo sebagai salah satu tempat yang dikunjungi. Menurutnya memang banyak pihak yang datang ke sana dengan berbagai tujuan. Hal tersebut wajar, mengingat Situbondo merupakan satu sudut dari segitiga emas, selain Bangkalan dan Jombang.

KH Afifudin juga menceritakan peran berharga yang dilakukan almarhum KH As’ad Syamsul Arifin. Menjelang Munas NU 1983, KH As’ad menemui Presiden Soeharto yang kala itu berwacana menjadikan Pancasila sebagai agama. Menirukan KH As’ad, KH Afifudin mengatakan “Kalau (Soeharto) ingin menjadikan Pancasila sebagai agama, kami (NU) berpisah sampai di sini (dengan Pemerintah).”

Dapat dibayangkan, pada masa itu mungkin tidak ada orang yang berani kepada Soeharto, namun KH As’ad tidak takut menegaskan itu. Tetapi karena itulah, KH As’ad sangat tepat dikatakan telah menyelamatkan bukan hanya NU dan NKRI dari keporak-porandaan.

Ramah tamah dengan keluarga Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo berlangsung hingga Maghrib tiba. Selanjutnya tim meneruskan perjalanan ke tujuan berikutnya, yakni Pondok Pesantren Walisongo, yang masih berada di Kabupaten Situbondo. (NUo/saiful)

Leave a reply