Jombang – Sebagai sebuah jam’iyah, maka soliditas pengurus NU harus terus dilakukan. Hal tersebut penting agar potensi yang dimiliki dapat diotimalkan untuk berkhidmat kepada kepentingan umat.
Harapan ini disampaikan Ketua PCNU Kabupaten Jombang, KH Isrofil Amar pada Konferensi Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Mojoagung. Ahad (28/8/2016).
Konsolidasi diartikan sebagai salah satu upaya pengurus untuk membangun kekuatan dan soliditas di tubuh NU. Sehingga semua gerakan NU dalam menjalankan programnya, baik yang bernuansa keagamaan, kemasyarakatan dan bahkan kenegaraan akan tampak kuat ke kepermukaan.
Kekuatan dan kesolidan di internal pengurus itu juga akan bernilai postif dalam perjalanan organisasi dalam menghadapi persoalan. “NU selama ini tentu tak menafikan dalam menghalau kelompok atau organisasi yang dianggap membahayakan masyarakat dan keutuhan negara Republik Indonesia yang semakin berkembang,” kata doktor UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Dosen di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) ini memberikan gambaran sederhana bahwa konsolidasi bisa diwjudkan dengan adanya koordinasi antarpengurus yang intensif dan sehat. “Dimana salah satunya diwujudkan dengan adanya koordinasi yang baik dari seluruh perangkat NU ketika beraktifitas, agar NU nampak sebagai satu kesatuan kerja organisasi yang terkoordinir dengan baik,” katanya.
Diakui atau tidak, kondisi Indonesia yang saat ini tengah menerapkan sistem pasar bebas, dan tentu sedikit banyak akan berdampak pada pola hidup masyarakat di Indonesia itu sendiri, sementara sebagian dari mereka adalah warga nahdliyin yang berkecipung di dalam sistem tersebut.
“Maka perlu disadari, masyarakat NU pun bergeser dari yang tradisional menjadi masyarakat modern dengan berbagai tuntutan dan tantangannya. Konsolidasi dan koordinasi menjadi jembatan untuk membangun keutuhan mereka,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, KH Isrofil juga mengajak kepada nahdliyyin untuk mengenalkan putra-putrinya prihal kitab kitab karangan ulama, semisal Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Sullam Taufiq, Tajwid, dan kitab yang serupa. “Hal ini bertujan agar putra-putri memiliki landasan pengetahuan agama yang kuat,” ujarnya. (Nuo/saiful)