Dilema Politik ISNU

1
848
Bagikan Sekarang

Oleh: Sholehuddin°

Terpilihnya kembali sahabat Abdullah Azwar Anas atau yang akrab dipanggil Cak Anas pada Konferensi Wilayah IV Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jatim di Balai Diklat PNS Kab. Banyuwangi Ahad (5/11) dini hari, menjadi dilema politik bagi banom NU yang mewadahi para kaum intelektual itu. Sebab, sejak awal ISNU berkomitmen tidak terlibat dalam hiruk pikuk politik, meski hal itu berefek pada kurangnya bargaining ISNU sebagai sub ormas NU. Kalah jauh dengan banom-banom lain yang sudah ‘mapan’ massa.

Jujur saya katakan, ketika Cak Anas terpilih sebagai ketua pada periode pertama, dalam hati kecil berkata, kok mau-maunya Cak Anas yang kala itu sudah menjabat Bupati Banyuwangi ‘ngurus’ ISNU level propinsi yang kurang ‘menjual’ secara politik ini, karena tentu di Banyuwangi tidak butuh itu. Seandainya ingin merebut tiket Jatim 1 atau 2, saat itu masih belum memungkinkan karena prestasinya sebagai kepala daerah belum tampak.

Waktu terus bergulir seiring dengan prestasi Banyuwangi yang sudah mendunia. Bukan tidak mungkin pada saatnya namti impian itu menjadi kenyataan. Dan, pintu itu saat ini sudah mulai sedikit terbuka pasca ditetapkannya dia sebagai Calon Wakil Gubernur Jawa Timur yang diusung PKB – PDIP ini beberapa waktu lalu.

Bagaimana dengan ISNU? Terpilihnya kembali Cak Anas sebagai Ketua PW ISNU Jatim periode 2017-2022, sedikit banyak menjadi anti tesis jika selama ini ISNU tidak menarik dan tidak laku jual. Fakta ini sekaligus menjadi instrumen terangkatnya pamor ISNU di mata publik utamanya warga NU. Dari sini secara otomatis akan muncul simbiotik mutuaiisme yang lazim dalam dunia politik.Inilah era baru dan moment penting ISNU khususnya di Jatim yang saat ini menjadi barometer nasional.

Karena itu, dilema politik ISNU dalam hal ini tidak lain di satu sisi harus menjaga ke-istiqamahannya sebagai wadah intelektual yang nirpolitik, namun di sisi lain perlu (jika tidak dikatakan harus) mengawal kader terbaiknya dalam menggapai ‘impiannya’. Ssbagai sesama kader tidak ingin membiarkan sahabatnya berjuang bersama orang lain. Karena itu, penting ditegaskan. Sebagai organisasi, ISNU harus profesional, tapi sebagai pribadi, punya pilihan masing-masing, sesuai kaca mata akademik yang sudah melekat pada kesarjanaanya.

°Dr. Sholehuddin, M.Pd.I adalah Ketua PC ISNU Sidoarjo

1 comment

Leave a reply