Di Makam Mbah Wahab, Rijalul Ansor Lakukan Konsolidasi

0
517
Bagikan Sekarang

Jombang — Gerakan Pemuda Ansor telah memiliki Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor (MDS RA). Bahkan lembaga ini telah tersebar di sejumlah propinsi, kota dan kabupaten. Kegiatan yang diselenggarakan juga banyak diminati anak muda serta khalayak umum.

Dan dalam rangka penyegaran sekaligus silaturrahim, Pimpinan Pusat MDS RA melakukan konsolidasi. “Kegiatan juga sebagai sarana penegasan kembali gerakan ideologis sesuai bidangnya,” kata Rudi Triwahid, Ahad (26/2) yang didaulat sebagai tuan rumah.
Konsolidasi tersebut sangat istimewa lantaran dilangsungkan di area makam KH Abdul Wahab Chasbullah (Mbah Wahab) yakni kawasan Pondok Pesantren bahrul Ulum Tambakberas Jombang. “Kegiatan ini mengambil tajuk, liwetan santri dan dzikir untuk negeri,” tandas Rudi yang juga Ketua PW GP Ansor Jatim tersebut.
Menurut alumnus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut, pilihan tempat diharapkan menyadarkan para anggota Rijalul Ansor untuk belajar kepada sosok Mbah Wahab. “Beliau adalah kiai, santri, penggerak ideologi NU hingga sebagai politisi ulung,” jelasnya.
Selama kegiatan, ada sejumlah hal yang disampaikan peserta. “Salah satu hal menarik, bahwa kita sepakat semua harus bergerak secara organisatoris. Jangan bergerak sendiri-sendiri,” ungkapnya. Keteraturan bergerak adalah kunci keberhasilan perjuangan ideologi, lanjutnya.
Dengan begitu Rijalul Ansor harus serius merebut kantong kegiatan keagamaan khususnya masjid, yang mulai dimanfaatkan pihak berhaluan radikal. “Itu artinya, Rijalul Ansor perlu semakin keras memanfaatkan masjid jamik sebagai simpul pergerakan tingkat kabupaten dan kota dengan menyemarakkan kegiatan dzikir dan shaawat ala Ahlussunnah waljamaah,” tegasnya.
Sedangkan dalam pandangan Ketua PP MDS RA, Sholahul Am Notobuwono, masjid jamik adalah tempat strategis. “Karena di tempat itu mempertemukan sisi spiritulitas di satu sisi dan sisi kekuasaan pemerintah di sisi yang berbeda,” kata Gus Aam, sapaan akrabnya.
Berbeda dengan keduanya, KH R Machfudz Chamid ata yang lebih dikenal Gus Afud mendorong perlunya sinergi pesantren dengan kekuatan lain. “Para gus atau putra kiai tidak bisa diam di pesantrennya. Mereka harus kritis menyikapi keadaan, jika tidak ingin NKRI lepas dari pangkuan ideologi Pancasila dan UUD 1945,” kata Sekretaris PP MDS RA tersebut.
Menurut Rudi, para peserta satu suara untuk bergerak bersama. “Bergerak menjaga nilai-nilai Aswaja dan kebangsaan melalui media majelis dzikir dan shalawat,” katanya.
Dan konsolidasi ditutup dengan liwetan atau makan bareng ala santri di area pesarean Mbah Wahab. “Ini potret dan kesadaran bersama bahwa perjuangan ideologi kebangsaan masih panjang, sehingga jangan sampai patah arang,” pungkas Gus Aam. (s@if)

Leave a reply