
Jombang — Menginjak usia ke-3, Aswaja Center Kuningan mengadakan dauroh atau pengkaderan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kegiatan ini diikuti 300 kiai muda dari Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu dan Tasikmalaya, dan dilaksanakan di aula Pondok Pesantren Ash-Shidqu, Kuningan Jawa Barat, Ahad (16/4).
Dauroh mengambil tema “Dengan Aswaja Kita Kawal NKRI” dan dibuka oleh Bupati Kuningan, H Acep Purnama dan dihadiri para kiai sepuh, termasuk Ketua PCNU dan Ketua PC GP Ansor Kuningan.
Ketika memberikan sambutan, bupati mengapresiasi kegiatan yang diadakan Aswaja Center. “Mari rajut kebhinekaan demi keutuhan NKRI,” kata bupati kepada hadirin.
Aswaja Center didirikan 16 April 2014 oleh Habib Quraisy, Pengasuh Pesantren ash-Shidqu, dan Direktur Aswaja NU Center Kuningan, KH Aang Asy’ari.
Dalam sambutannya, Aang menyatakan bahwa Aswaja Center Kuningan memiliki visi terwujudnya wawasan keislaman Aswaja sesuai keberagamaan Rasulullah bersama para sahabat.
“Sedangkan misinya mengaktualisasi pemahaman umat tentang keislaman Aswaja, meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengalaman atau menginternalisasi Islam Aswaja sebagai perilaku umat dalam kehidupan sehari-hari,” kata alumni Al-Azhar Mesir ini.
Bertindak menjadi narasumber dauroh Aswaja dengan tema bahasan buku Khazanah Aswaja adalah Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur yaitu Ustadz Yusuf Suharto, dan Ustadz Ma’ruf Khozin.
Sementara materi yang dikaji menjadi lima sesi. Pertama, mafahim dan akidah Ahlussunah wal Jama’ah, selanjutnya fiqh Ahlussunah wal Jamaah,” kata Ustadz Ma’ruf Khozin. Sesi ketiga tasawuf Ahlussunah wal Jamaah, serta kelompok dan aliran dalam Sejarah umat Islam, serta terakhir tradisi Islami dan dalil-dalilnya, lanjutnya.
Dalam paparannya, Ustadz Yusuf Suharto menyampaikan bahwa sudah waktunya kurikulum tauhid rububiyah, uluhiyah, dan tauhid asma was shifat diubah.
“Konsep ini tidak benar, yakni menganggap para musyrikin Makkah sebagai orang yang juga bertauhid rububiyah,” katanya. Dalam Aswaja, kaum musyrikin menyekutukan dan karena itu mereka tidak bertauhid. Makna rububiyah dan uluhiyyah juga saling berhubungan. Ketika di alam barzah ditanyakan man rabbuka, maka maknanya siapa tuhanmu yang menciptakan dan yang engkau menyembahnya,” ujar Direktur Aswaja NU Center Jombang ini.
“Tauhid asma’ was shifat juga membawa pada pemahaman literal Quran dan hadits. Padahal menurut Aswaja, yang benar adalah metode tafwidl yakni memasrahkan makna mutasyabihat kepada Allah dan takwil,” kata kandidat doktor UIN Maliki Malang tersebut.
Sementara Ustadz Ma’ruf Khozin dari PW Aswaja NU Center Jatim banyak membahas dalil amaliah muslim Ahlissunnah wal Jamaah, dan juga memberikan panduan menginstall aplikasi di playstore dengan judul Ma’ruf Khozin, yang berisi landasan amaliyah an-Nahdliyyah.
Dalam acara tersebut juga disampaikan amanah dan pemberian ijazah Hizb Nashr karya Syekh Abdullah al-Haddad dari Habib Quraisy Baharun yang juga pembina Aswaja Center Kuningan.
Dan di akhir acara, adalah simulasi debat yang dipandu Ustadz Ma’ruf Khozin, dengan materi tahlilan.
Dauroh Aswaja ini terbilang sukses karena dihadiri 300 peserta. Dengan demikian, ada 300 eksemplar buku Khazanah Aswaja yang mereka jadikan panduan selama dauroh berlangsung. Dauroh ini berlangsung dari pagi dan ditutup pada pukul 20.30 WIB.
Yang istimewa, saat dauroh ada peserta tertua yakni KH Mansur selaku pimpinan Pesantren al-Ihsan Windujanten Kadugede yang berusia 77 tahun. (Ysf/s@if)