Ini Alasan Pertemuan Pemimpin Islam Moderat Internasional

0
528
Bagikan Sekarang

Jakarta — Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia memiliki potensi besar menjadi penengah sekaligus juru damai dalam konflik yang melibatkan umat Islam di berbagai negara. NU, organisasi massa dengan pengikut terbesar di Indonesia pun terus meningkatkan kapasitasnya dalam upaya perdamaian di dunia internasional.

Inilah yang menjadi alasan kuat PBNU mengelar pertemuan pemimpin Islam moderat internasional (International Summit of the Moderate Islamic Leader/ISOMIL) di Jakarta, 9-11 Mei mendatang. Acara ini digelar sebagai ikhtiar untuk mendamaikan konflik di Timur Tengah dan sejumlah negara Asia.
“ISOMIL ini sebagai sarana diplomasi bagi negara Islam yang sedang dilanda konflik,” kata Ketua Panitia ISOMIL, H Imam Aziz, Sabtu (7 Mei 2016).

NU menginisiasi pertemuan para pemimpin dunia Islam yang diharapkan bisa melahirkan resolusi dan kesepakatan antarnegara berpenduduk Muslim untuk bersama-sama mengakhiri konflik dengan mencegah penyebaran radikalisme.
Imam mengatakan, NU punya pengalaman dalam resolusi sejumlah konflik di dalam dan luar negeri, termasuk di Afghanistan. Kemelut di Timur Tengah, kata Imam, bersumber dari radikalisme yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Radikalisme mengatasnamakan Islam akan terus tumbuh dan menyebar di berbagai tempat dan membuat berbagai konflik sulit terselesaikan. “Di sinilah peran aktif Indonesia dalam menjalankan diplomasi internasional sangat diharapkan banyak pihak,” katanya.

Imam mengatakan NU akan mendorong peran aktif para ulama dan tokoh masyarakat dari negara-negara peserta ISOMIL untuk mengembangkan pemahaman keagamaan Islam yang moderat dan menggalang konsolidasi global para ulama dan umat Islam untuk menginisiasi perdamaian.

Koordinator ISOMIL Juri Ardiantoro menambahkan, pengalaman NU dalam menangani konflik keagamaan di luar negeri telah terbukti, di antaranya dengan terbentuknya organisasi NU Afghanistan (NUA) tahun 2011.
Organisasi itu kini telah berkembang dan berdiri di 22 provinsi di negara tersebut. NU di Afganistan telah menyatukan lebih dari 6.000 ulama setempat dan berperan dalam meredakan konflik yang sebelumnya sulit dihentikan di Afghanistan.

Ketua NU Afganistan, Fazal Ghani Kakar menyatakan ulama setempat mengadopsi prinsip dan ajaran NU di Indonesia, dan mempelajari pola dakwah para ulama NU di Indonesia. NU Afganistan juga mengirimkan para pelajarnya untuk bermukim mengaji di pesantren dan kuliah di sejumlah perguruan tinggi NU di Jakarta. (btg/saiful)

Leave a reply