Kiai Mutawakkil: Jaga Kondusivitas Provinsi Jawa Timur

0
570
Bagikan Sekarang

Jember — Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, KH M Hasan Mutawakkil Alallah SH MM mengingatkan, Provinsi Jawa Timur menjadi barometer nasional. Menjaga suasana kondusif menjadi kewajiban para kiai dan warga masyarakat, khususnya nahdliyin.

“Mengapa bisa seperti itu? Salah satunya, karena masyarakat Jawa Timur masih patuh kepada kiai. Sehingga kalau ada konflik, bisa diredam dengan cepat,” kata Kiai Mutawakkil. Sehingga, ketaatan kepada kiai adalah kebutuhan. Kalau kita mau selamat, salah satunya adalah patuh dengan ulama, lanjut cicit KH Mohammad Hasan Genggong (almaghfurlah) ini.

Kiai Mutawakkil hadir di antara para kiai sepuh di Jember, Ahad (15/4) dalam kegiatan “Ngaji Bareng: 313 Khataman Qur’an dan Istighotsah Kubro”. Dihadiri 99 Masayikh dan Bu Nyai se-Jawa Timur. Tema kegiatan: “Mengetuk Pintu Langit.” Selain Kiai Mutawakil, di antara para ulama sepuh yang hadir KHR Kholil As’ad dari Situbondo, KH Anwar Iskandar dari Kediri, KH Miftachul Akhyar dari Kota Surabaya, KH Nawawi Abdul Jalil dari Sidogiri Pasuruan, dan KH Idris Hamid dari Pasuruan.

Pada akhir sambutannya, Kiai Mutawakil menutup dengan sebuah pantun.
“Amplop putih jangan sampai luntur, disimpan di atas sumur. Gus Ipul dan Mbak Puti Guntur, Insya Allah, akan membuat Jawa Timur makmur,” kata Kiai Mutawakkil.

Sementara itu, sejumlah kiai sepuh hadir di Pesantren Yayasan Nurul Islam (Nuris) Jember untuk berkumpul dan membacakan doa khusus sesaat sebelum dimulainya istighosah akbar “Mengetuk Pintu Langit” yang digelar di Kampung Jakcloth, Jl Slamet Diyadi, Jember.

Doa khusus kali ini dilakukan sejumlah Kiai sepuh di antaranya adalah KH Zainuddin Jazuli dari Ploso Kediri, KH Kholil As’ad dari Situbondo, KH Anwar Mansur dari Lirboyo Kediri, KH Anwar Iskandar dari Kediri, dan KH Nurul Huda Jazuli dari Ploso Kediri.

Kemudian, KH Miftahul Akhyar, Pengasuh Pesantren Miftachussunnah Surabaya, KH Nawawi Abdul Jalil dari Sidogiri Pasuruan, KH Agus Ali Masyhuri dari Bumi Sholawat Sidoarjo, ada pula KH Moh. Hasan Mutawakil Allalah dari Genggong Probolinggo.

Hadir juga KH Fu’ad Jazuli dari Ploso Kediri, KH Idris Hamid dari Pasuruan dan KH Ubaidillah Faqih dari Langitan Tuban.

Selain membacakan doa-doa khusus, pada pertemuan tersebut juga dilakukan untuk temu alumni beberapa pesantren besar. Di antaranya pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pesantren; Pesantren Ploso Kediri; Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo; Pesantren Lirboyo, Kediri; serta Anuqoyah, Sumenep.

“Guru dan para kiai yang memilih Gus Ipul, dan kita ini berhutang budi pada masyayikh. Jadi kalau kamu berani menentang guru, bisa hilang ilmumu. Citra santri adalah patuh pada kiai,” kata KH Anwar Iskandar, pengasuh Pesantren Al Amin, Kediri. (red)

Leave a reply