
Jakarta — Nahdlatul Ulama (NU) patut bangga. Hal itu karena pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada tokoh penting bagi berdirinya NU yakni almarhum KH As’ad Syamsul Arifin. Upacara pemberian gelar ini dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu, (9/11).
Pemberian gelar Pahlawan Nasional, tertuang dalam Kepres No.90/TK/Tahun 2016 tertanggal 3 November 2016.
Setidaknya ada tujuh alasan Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sehingga menyematkan gelar tersebut kepada pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo ini. Hal tersebut sesuai berpedoman pada kriteria pemberian gelar pahlawan nasional sesuai Pasal 26 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2006 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Pertama, pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata, perjuangan politik, atau perjuangan bidang lain dalam mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kedua, tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan.
Ketiga, melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya, dan melebihi tugas yang diemban.
Keempat, pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.
Kelima, pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Keenam, memiliki konsistensi jiwa semangat kebangsaan yang tinggi.
Ketujuh, melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional.
Kiai As’ad, sapaan akrabnya dilahirkan di Makkah pada tahun 1897 saat kedua orang tuanya, Raden Ibrahim-Siti Fatimah, menunaikan ibadah haji. Dia wafat pada 4 Agustus 1990 pada usia 93 tahun di pesantren yang diasuhnya.
Kiai As’ad adalah ulama besar, murid dari salah satunya, Syaikhuna Cholil Bangkalan, Madura. Kiai As’ad juga dikenal sebagai penyampai isyarat berdirinya NU dari Syaikhona Cholil kepada Rais Akbar NU, KH Hasyim Asy’ari. Banyak cerita lisan yang menarik dan unik di kalangan pesantren soal caranya melawan penjajah Belanda waktu dia muda.
Pada kesempatan tersebut, Presiden juga memberikan tanda kehormatan Bintang Mahaputra, kepada dua tokoh yang dianggap memiliki jasa yang luar biasa dalam berbagai bidang.
Mereka adalah almarhum Mayjen TNI (Purn) Andi Mattalatta, tokoh dari Sulawesi Selatan. Selain itu, almarhum Letkol Inf (Anumerta) Sroedji, tokoh dari Jawa Timur. (viv/saiful)