
Jember — Ada banyak yang disembunyikan dalam sejarah, termasuk peran santri dalam merebut kemerdekaan RI. Para ahli sejarah mulai membuka tabir peran santri dalam kemerdekaan. Demikian disampaikan Katib Syuriyah NU Jember, Kiai MN. Harisudin, pada tausiyah Peringatan Hari Santri Nasional dan Khatmil Qur’an di Aula Universitas Islam Jember, Jum’at (28/10). Acara ini dihadiri rektor Universitas Islam Jember, H. Abdul Hadi, para dekan, dan seluruh pegawai serta dosen yang berjumlah kurang lebih 150 orang.
“Makanya, sekarang dengan adanya hari santri ini perannya diakui. Ini bukan riya’, melainkan tahaduts bin ni’mah agar ke depan peran santri semakin meluas dalam kancah nasional,” ujar Kiai MN Harisudin.
Kini, lanjut Sekretaris Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama Jember tersebut, orang mulai sadar bahwa tanpa Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945, tidak mungkin ada peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya. “Jadi, betapa pentingnya santri dan kiai dalam merebut kemerdekaan RI,” ujar Wakil Ketua Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU Jawa Timur tersebut.
Dalam rangka mengisi hari santri, Kiai Harisudin mengajak menedalani pahlawan yang menggunakan filosofi: bagaimana memanfaatkan umur, bukan berapa umurnya.”Para kiai dan ulama serta santri yang dulu berjuang sekuat tenaga selalu menggunakan umur dengan sebaik-baiknya,” katanya.
Sekedar member contoh, ada KH Wahid Hasyim yang umurnya pendek, namun amalnya luar biasa lantaran tercatat sebagai Mentri Agama di umur belia. Karyanya juga banyak, sehingga hingga hari ini namanya diabadikan menjadi nama sekolah, madrasah, universitas dan lain-lain. “Ini potret bagaimana menggunakan umur, bukan berapa jumlah umurnya. Inilah yang harus kita teladani dalam kehidupan,” kata dosen Pascasarjana IAIN Jember.
Sementara itu, Rektor Universitas Islam Jember (UIJ), H Abdul Hadi dalam sambutannya menegaskan nilai santri seperti kemandirian, kesederhanaan dan keikhlasan yang seharusnya dipraktekkan di UIJ.
Menurutnya, para santri selain mandiri, juga hidupnya sederhana. “Makan apa adanya tidak neka-neko,” jelasnya. Selain itu juga ikhlas, lanjutnya.
Karena itu di kampus ini pada Senin (31/10), seluruh pimpinan, karyawan, dosen dan mahasiswa akan mengenakan pakai santri, yaitu sarungan dan pakai bakiak. “Ini untuk memperingati hari santri tanggal 22 Oktober kemarin,” tandasnya. (Anwari/saiful)