
Sumenep — Sejumlah utusan dari kepengurusan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) di Kabupaten Sumenep mengikuti pelatihan penguatan kelembagaan. Dari kegiatan ini diharapkan lahir kader yang memiliki kekuatan intelektual serta menjaga keutuhan kelembagaan yakni di internal NU.
Kegiatan selama tiga hari (18-20/12) dan dilaksanakan di di Desa Bukabuh Kecamatan Ambunten Sumenep tersebut diikuti setidaknya seratus peserta. Mereka merupakan delegasi dari MWC NU serta pengurus ranting yang sudah mendapat rekomendasi.
Koordinator kegiatan ini, Mohammad Kholid mengemukakan tujuan diadakan pelatihan ini merupakan salah satu upaya memperkuat kelembagaan NU yakni di Sumenep. “Sebenarnya pelatihan ini bertujuan agar kader NU tidak hanya kuat secara intelektual melainkan juga harus kuat dalam menjaga keutuhan kelembagaan,” kata Kholid sapaan akrabnya, Rabu (20/12).
Kategori penguatan kelembagaan memberikan penyadaran dan pemahaman kembali kepada peserta bahwa dalam NU ada sejumlah aturan yang mengacu terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). “Dan itu harus diikuti oleh sejumlah pengurus NU dari semua tingkatan,” tandas Pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Sumenep tersebut.
Sementara itu, KH. Panji Taufik dalam sambutannya menuturkan, pelatihan akan terus berlangsung di lima titik yang diawali di daerah pantai utara. Kawasan tersebut meliputi Ambunten, Dasuk, Pasongsongan dan Rubaru dan dipusatkan di aula MWC NU Ambunten.
“Pelatihan ini akan terus berlanjut ke empat titik,” kata Ketua PCNU Sumenep tersebut. Bagi Kiai Panji, sapaan akrabnya, penguatan dimaknai sebagai pengantar menuju kemapanan kelembagaan di NU. Penguatan baginya terlalu berat dan mendalam jika melihat kembali perjuangan para muassis NU tempo dulu, lanjutnya.
Kepada peserta, Kiai Panji merangsang bahwa menjadi kader itu harus kuat dan berani. Salah satunya adalah dengan menggaet siapa saja untuk bisa mengikuti ajaran NU, termasuk para aparatur negara. “Pemerintah dan jajaran aparatur negara sebisa mungkin kita NU-kan,” ungkapnya.
Karena bila melihat kinerja dan tingkah laku yang tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan, sepatutnya mereka ditegur atau bahkan sebisa mungkin diganti dengan kader NU yang sudah paham dan terjamin keislaman dan kemanusiaannya.
Berikutnya, Kiai Panji berharap dari pelatihan akan lahir kader terbaik dengan berbagai kelebihan. “Kader NU harus kuat dan bisa dalam segala bidang keilmuan,” tandasnya. Sebab tantangan saat ini tengah dihadapi semakin rumit. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya organisasi yang secara sepihak mengaku NU lantaran sudah menjalankan bermaulid, tahlil dan sebagainya. “Padahal mereka ingin menghancurkan NU dengan cara halus,” pungkasnya (Mohammad Faiq/s@if)