
Jakarta – Banyak yang kurang memahami konsekwensi perkembangan di negeri ini, termasuk masuknya komunis. Hal tersebut terjadi lantaran dunia telah berubah, dan Indonesia juga terbuka dengan segala macam ideologi dunia.
“Kenapa komunis bisa masuk. Karena dunia menghendaki kebebasan universal, menjunjung norma kebebasan universal. Nilai kebebasan setiap negara berbeda, karenanya harus disamakan. Semua paham, agama, dibebaskan. Celah ini dimanfaatkan komunis untuk berkampanye. Kami tidak takut dengan komunis, namun hanya waspada,” kata tokoh NU, KH As’ad Said Ali, Senin (6 Juni 2016).
Kiai As’ad, sapaan akrabnya mengatakan, tidak ada negara di dunia yang benar-benar menerapkan paham komunis dalam sistem pemerintahannya. Sebab, komunisme hanya dianggap sebatas ideologi.
“Komunis sebagai sistem sudah mati, tapi sebagai ideologi tidak akan mati,” kata Kiai As’ad pada acara buka bersama Menteri Pertahanan di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Gedung Kemenhan, Jakarta Pusat.
Mantan Waketum PBNU ini mengungkapkan, negara yang dikenal sebagai “rumah” bagi paham komunis seperti Rusia, Tiongkok, Vietnam, Korea Utara dan Kuba tidak sepenuhnya mempraktikkan paham tersebut sebagai landasan negara.
“Bukan negara yang pure menjalankan praktik komunis, tetapi LSM yang bermarkas di Belanda. LSM ini yang membiayai kegiatan kampanye komunis di dunia,” urainya.
Bekas Wakil Ketua BIN ini menduga, maraknya kemunculan simbol-simbol komunis belakangan lantaran sistem demokrasi yang memberi toleransi seluas-luasnya terhadap perbedaan. Sehingga, hal itu menjadi celah dari paham terlarang ini berkembang kembali. (Okz/saiful)