Ansor Jatim Bentuk Tim Reaksi Cepat “Benteng NU”

0
644
Bagikan Sekarang

rudiPimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Jatim, menginstruksikan pada seluruh kader Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) di Jatim untuk melakukan patroli media sosial (medsos). Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur membentuk Tim Reaksi Cepat “Benteng NU” penghina ulama atau kiai Nahdlatul Ulama (NU). Tim dibentuk sebagai respons atas maraknya unggahan pesan bernada menghina kiai dari akun-akun tak bertanggungjawab di media sosial (medsos).

Ketua Ansor Jatim, Rudi Tri Wachid, menjelaskan bahwa komposisi Tim Reaksi Cepat “Benteng NU” terdiri dari aktivis Ansor dan Barisan Serba Guna (Banser) yang ahli di perannya masing-masing. “Pertama, ada tim yang ahli di bidang IT (Cyber),” katanya di sela Konsolidasi NU se Jawa Timur di kantor PWNU Jatim, Jalan Raya Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur.
Tim IT, terang Rudi, bekerja untuk melacak pemilik akun media sosial yang mengunggah pesan berkonten hinaan kepada kiai. “Dipelajari dulu konten yang diunggah, dilacak pemilik akunnya siapa dan dimana alamat rumahnya,” ujarnya.
Setelah pemilik akun terlacak, lanjur Rudy, tim selanjutnya yang bergerak ialah tim yang ahli negosiasi. Tim ini akan mendatangi rumah dan menemui pemilik akun yang menghina lalu mengklarifikasi pesan yang diunggah berikut tujuannya.
“Setelah klarifikasi atau tabayun, kalau terbukti mengunggah status menghina, kemudian tim sarankan untuk meminta maaf kepada kiai yang dihina. Kalau perlu diajak untuk sowan ke kiai yang dihina,” tandas Rudi. Jika tabayun dan negosiasi gagal, maka Ansor akan berkolaborasi dengan Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU untuk melaporkan pemilik akun yang menghina ke aparat berwenang. “Karena tradisinya di NU adalah memaafkan, langkah hukum opsi terakhir,” kata Rudi.

Ketua PW GP Ansor Jatim menjelaskan bahwa Tim Tabayun dibentuk untuk melestarikan budaya sopan santun anak muda ke orang tua. “Makanya nanti tim bergerak melakukan langkah untuk mengajari bagaimana akhlak anak muda ke orang tua,” tandasnya.
Melihat massifnya gerakan kebencian saat ini, memang tengah ada rekayasa pihak luar yang ingin Indonesia bertengkar dan hancur lebur. Dimulai dari politisasi ayat, hadits dipotong seenaknya utk mengobarkan permusuhan, sampai pelecehan kepada para kiai sepuh. “Semua ini harus dihentikan.” tegas Ketua GP Ansor Jatim
Ia juga menegaskan, meski telah menyiagakan kader khusus yang ahli di bidang IT, patroli juga dilakukan oleh pasukan ‘Banser Benteng NU’. Keduanya saling berkoordinasi berbagi informasi dan data.

“Kami sudah menyiagakan pasukan. Baik pasukan khusus yang menangani IT, maupun pasukan darat untuk melakukan klarifikasi dan tabayun ke pelaku dengan mendatangi rumah yang bersangkutan,” tegasnya.

Sebelumnya, pemilik akun twitter bernama Pandu Wijaya asal Probolinggo mengunggah status bernada menghina mantan Rais Am PBNU, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus. Jadi bulan-bulanan netizen, keluarga Pandu didatangi aktivis Ansor-Banser setempat dan diklarifikasi. Pandu lalu sowan ke kediaman Gus Mus di Rembang, Jawa Tengah. Gus Mus besar hati memaafkan.
Selain Gus Mus, Rais Am PBNU sekaligus Ketua MUI, KH Makruf Amin, juga jadi korban postingan bernada tidak enak dari akun twitter bernama Boni Hargens dan berakhir maaf-memaafkan.
Kiai sepuh NU lain yang jadi korban pesan melecehkan di medsos ialah KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. Penghina Mbah Moen juga sudah sowan dan terjadi maaf-maafan. Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj, juga jadi sasaran pesan bernada fitnah oleh pemilik akun facebook (Helmy Alattas Rosho) yang tinggal di Kediri, Jawa Timur.⁠⁠⁠⁠

Leave a reply