Mahasiswa The King’s College New York Nyantri di Tebuireng

0
561
Bagikan Sekarang

Jombang — Tahun lalu, tepatnya pada bulan Juli, dua profesor dari The King’s College (TKC) New York Amerika Serikat mengunjungi Pesantren Tebuireng Jombang. Kala itu mereka diterima oleh KH Salahuddin Wahid selaku pengasuh. Sedangkan dari kampus tersebut, ada dua guru besar yang mendampingi yakni Robert D. Carle dan Anthony B. Bradley.

Tujuan dari kunjungan tersebut, para mahasiwa akan mempelajari sistem pendidikan Islam dan pesantren di Indonesia.

Sebagai realisasinya, ada empat mahasiswa dari TKC yang “diterima” sebagai santri di Pesantren Tebuireng. Keempatnya adalah Rachel Cline, Cassidy Fahey, Stuart Clay, dan Nick Gulley. “Mereka juga didampingi satu orang dosen pembimbing bernama Robert Dwight Carle,” kata Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng Abdul Ghofar, Kamis (18/5).

Menurut Gus Ghofar, selama di Pesantren Tebuireng mereka akan berdiskusi tentang beragam topik, mulai dari sejarah perkembangan Islam di Indonesia, peran Tebuireng dalam perjalanan bangsa Indonesia, hingga sistem pendidikan dan metode pembelajaran di pesantren. Sehingga yang dikunjungi nantinya tidak semata Pesantren Tebuireng.

Yang menarik, menurut Gus Ghofar, adalah keseriusan mereka untuk mengikuti tradisi santri. “Hari pertama, mereka berjuang keras untuk belajar memakai sarung sebelum sowan kepada KH Salahuddin Wahid. Karena butuh waktu untuk belajar memakai sarung itu, agenda sowan di Dalem Kasepuhan sampai harus tertunda lebih dari setengah jam,” ungkapnya.

Dalam beberapa kegiatan diskusi, mereka juga memilih pakai sarung. Seperti saat mengunjungi Madrasah Muallimin dan Madrasatul Quran Tebuireng. “Dua mahasiswi yang ikut juga selalu memakai kerudung layaknya santriwati,” imbuh lulusan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya ini.

Saat berkunjung ke Madrasatul Quran Tebuireng, rombongan mahasiswa dari kampus Kristen di New York ini terkesan dengan sistem pembelajaran tahfidz yang diterapkan. “Melihat mereka saling menyimak bacaan (al-Quran) temannya, menurut saya adalah sesuatu yang mengesankan,” ujar Nick Gulley, salah seorang mahasiswa.

Robert D. Carle, guru besar teologi dan sejarah agama-agama yang mendampingi rombongan mahasiswa mengungkapkan, pihaknya ingin mendalami Islam Indonesia karena karakternya yang toleran dan moderat. “Selama ini, banyak orang hanya melihat Timur Tengah sebagai representasi dunia Islam. Padahal Islam Indonesia yang ramah dan toleran justru bisa menjadi alternatif,” ungkap pria yang akrab dipanggil Bob ini.

Selain berkunjung ke Tebuireng, rombongan juga akan mengunjungi situs-situs bersejarah yang menjadi bukti toleransi antarumat beragama di Indonesia. Seperti GKJW Mojowarno, Gereja Pohsarang Kediri, serta beberapa candi dan Maha Vihara di Trowulan Mojokerto.

Selain itu, rombongan juga akan berkunjung ke Makam Bung Karno di Blitar, serta Pesantren Baitul Quran di Mojokerto dan Pesantren Gontor Ponorogo. “Terakhir, mereka akan menikmati pemandangan di Bromo saat sunrise,” tambah Gus Ghofar. (day/s@if)

Leave a reply