
Surabaya – Para peserta diskusi Cangkir9 tidak semata menerima paparan dari sejumlah narasumber yang akan membahas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam berbagai sudut pandang. Yang juga tidak kalah menarik, selama diskusi yang berlangsung di depan mushalla PWNU Jatim tersebut telah tersedia sejumlah suguhan yang sangat sayang kalau dilewatkan.
Salah satunya adalah lawakan tunggal atau komedi tunggal yang kini lebih keren dengan istilah stand-up comedy. “Di pesantren serta NU sangat kaya dengan humor,” kata Ahmad Najib AR, (Senin (8/5) petang. Karena itu dalam setiap pengajian, para penceramah dari NU kerap melontarkan guyonan sebagai bumbu selama kegiatan berlangsung, lanjutnya.
Nah, pada kegiatan Cangkir9, tradisi melontarkan lelucon akan secara khusus mendapatkan panggung. “Tentunya guyonan khas NU dan pesantren yang renyah serta menyegarkan,” kata Gus Najib, sapaan akrab salah seorang inisiator Cangkir9 tersebut.
Siapa saja, nantinya akan diberikan kesempatan melontarkan guyonan sebelum kegiatan diskusi berlangsung. “Bisa mereka yang sudah sejak awal menyatakan bersedia, maupun spontanitas dari hadirin,” kata Ketua PW Lembaga Ta’lif wan Nasyr NU Jatim tersebut.
Tidak seperti kegiatan seminar yang para peserta mendapatkan makanan ringan serta air mineral kemasan, pada Cangkir9 hanya disediakan kopi dan jajanan pasar serta polo pendem. “Dari mulai ketela pohon atau kaspe, ketela rambat atau telo, talas, bentol , kacang tanah dan sejenisnya,” kata Syukron Dosy.
Aktivis dunia maya ini menandaskan bahwa kehadiran jajanan rakyat memberikan pesan akan semangat kebersamaan yang terus dijaga sesama para pegiat NU. “Agar semakin akrab dan saling berbagi informasi, sehingga penyajiannya juga diberikan di piring atau layah besar,” katanya.
Buku referensi juga disediakan selama gelaran disksusi. “Kebetulan di NU ada Asosiasi Penerbit NU atau Asbitnu, sehingga untuk kegiatan jualan buku sangat memungkinkan,” kata Wasid Mansyur.
Bahkan buku yang berkenaan dengan HTI telah disiapkan. “Ada Jurus Ampuh Membungkam HTI karangan Muhammad Idrus Ramli,” kata Ma’ruf Asrori dari Penerbit Khalista Surabaya. Juga yang disiapkan berjudul Gagal Paham Khilafah dari Pustaka Compass, serta The Fall of the Khilafah karya Eugene Rogan.
“Akan tetapi untuk buku tidak disediakan gratis, alias dijual sesuai harga dari penerbit,” kata Wasid.
Bagi peserta yang mengingkan souvenir, panitia juga telah menyediakan kaos Cangkir9. “Harganya sekitar 60 ribu rupiah, namun diproduksi dengan jumlah terbatas,” kata Ifdholul Maghfur. Rencananya, kalau banyak peminat, kaos dimaksud akan dibuat dalam jumlah yang lebih banyak.
Peserta dapat memanfaatkan Cangkir9 untuk menanyakan banyak hal terkait NU. “Usai diskusi bisa dilanjut dengan pembicaraan santai dengan membahas berbagai persoalan keagamaan dan keumatan, termasuk jam’iyah NU di berbagai level,” pungkas dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini. (s@if)