
Surabaya — Akhirnya pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada KHR As’ad Syamsul Arifin (Kiai As’ad). Pesan penting dari gelar tersebut adalah khususnya para santri untuk terus berburu ilmu, berkomitmen pada kebaikan, serta cinta tanah air.
“Alhamdulillah, pada akhirnya negara mengakui dan memberi penghargaan kepada Kiai As’ad yang telah berjuang untuk bangsa dan negara,” kata H Badrut Tamam, Sabtu (12/11).
Bagi Wakil Ketua PW GP Ansor Jatim tersebut, Kiai As’ad adalah sosok yang gemar melakukan silaturahim kepada umat khususnya ke berbagai pesantren. “Kelebihan dari beliau senantiasa hadir di tengah masyarakat, terutama yang sedang berduka,” ungkap mantan Ketua Umum Koordinator Cabang PMII Jatim tersebut.
“Kelebihan lain yang melekat dari sosok Kiai As’ad adalah mendidik santri dan umat untuk berilmu, beramal shaleh dan cinta tanah air,” katanya. Tidak semata mendidik, Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo tersebut juga memberikan contah bagaimana berjuang membela tanah air secara nyata,” tandas Ketua FKB DPRD Jatim ini.
Puncaknya adalah kesediaan beliau menjadi pesantrennya sebagai tuan rumah pelaksanaan Muktamar ke-27 Nahdlatul Ulama. “Saat itu menjadi prestasi emas lantaran NU sebagai organisasi sosial keagamaan pertama dan satu-satunya yang mengakui Pancasila sebagai dasar negara,” jelasnya.
Saat sejumlah Ormas dan partai politik masih berdebat terkait Pancasila, justru NU yang menjadi garda terdepan menyelamatkan bangsa dari kemungkinan perpecahan dan disintegrasi. “Prestasi ini layak diapresiasi negara dengan memberikan gelar pahlawan kepada Kiai As’ad,” katanya.
Tugas berat harus diemban generasi penerus bangsa yang saat ini menghadapi ancaman serupa. “Bentuknya bisa berbeda, namun tantangan terhadap eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI bisa dirasakan hingga kini,” terangnya.
Karenanya, dengan disematkannya pahlawan nasional kepada Kiai As’ad, maka generasi muda khususnya para santri harus meneladani kiprahnya. “Harus dikontekstualisasikan dengan tantangan kekinian, karena tantangan jaman selalu dinamis,” urainya.
Kehadiran ideologi transnasional, derasnya arus informasi dan teknologi, serta persaingan global harus dijawab generasi muda saat ini. “Tugas berat ini yang harus diemban generasi santri,” katanya. Namun dengan meneladani para kiai dan ulama, serta pahlawan nasional, maka tantangan itu tentu dapat dijawab. “Komitmen para santri dipertaruhkan untuk memberikan solusi atas berbagai problematika bangsa saat ini,” pungkasnya. (Saiful)