Silatnas Sebagai Sarana Mengirimkan Energi Positif

0
561
Bagikan Sekarang

Pasuruan – Silaturahmi Nasional atau Silatnas Gerakan Ayo Mondok menjadi sarana untuk menebar kebaikan dari para pegiat pesantren se-Indonesia. Kegiatan ini juga menjaga tradisi kebersamaan yang dilakukan para pegiat pesantren tempo dulu.

Ini antara lain yang disampaikan para narasumber pada kegiatan bedah buku Masterpiece Islam Nusantara: Sanad dan Jejaring Ulama-Santri (1830-1945) karya Zainul Milal Bizawie, Sabtu (14 Mei 2016). Kegiatan berlangsung di pendopo Candra Wilwatikta Pandaan dan menghadirkan penulis, KH Abdul Ghafar Rozin serta Munawir Aziz.

Menurut Zainul Milal Bizawie, Islam Nusantara dengan mengedepankan jejaring ulama merupakan bagian masterpiece Islam Nusantara. “Islam Nusantara adalah menghidupkan semangat silaturahim, toleran, akan tetapi berani tegas kepada kemungkaran,” katanya.

Masih dalam pandangan Milal, sapaan akrabnya, Silaturahmi Nasional Gerakan Ayo Mondok yang digagas Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU adalah mengulang kembali bagaimana ulama Nusantara membangun jejaring keilmuan dan potensi di masa lalu. “Silatnas adalah pengulangan untuk saling bertemu dan mengirimkan energi positif pegiat pesantren,” terangnya.

Baginya, kegiatan ini menghidupkan kembali semangat spiritualitas yang pernah hendak dipatahkan para penjajah. “Karena dari transmisi intelektualitas dan spiritualitas akhirnya Islam Nusantara bisa bertahan dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan,” katanya pada acara yang disiarkan secara langsung oleh salah satu TV swasta tersebut.
KH Abdul Ghafar Rozin yang juga tampil sangat mengapresiasi buku ini. “Sudah saatnya fakta sejarah terkait kiprah para ulama ditulis dalam bentuk buku, bukan semata mitos,” kata Ketua Ketua Umum RMI Pusat tersebut.

Munawir Aziz mengemukakan bahwa nilai lebih dari jejaring pesantren adalah komitemennya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Hal tersebut terejawantar dalam lagu hubbul wathan minal iman,” kata pembanding dari bedah buku tersebut.

Dengan keberadaan pesantren yang mencapai tiga ribu lebih dan jutaan santri yang ada di dalamnya, maka komitmen keindonesiaan pesantren sangat tinggi. “Kalau pesantren mengajarkan tororisme, tidak aka nada NKRI,” ungkapnya yang disambut aplaus hadirin.

Bedah buku yang dipandu Yulia Kamila tersebut berlangsung meriah. Ratusan gus dan ning serta peserta Silatnas Gerakan Ayo Mondok memadati pendopo. Antusias peserta kian tinggi lantaran panitia menyediakan buku gratis bagi lima penanya terbaik. (saiful)

, kala periode Kebernya <’ katanya dan mengedepankan , begitu juga dengan kemerdekaan RI dan tegaknya NKRI serta wajah Islam Indonesia yang ramah, damai toleran merupakan bagian dari masterpiece Islam Nusantara.

Islam Nusantara dengan ciri khasnya memilih jalan tengah (moderat), tidak ekstrem kanan dan kiri dan mengedepankan perdamaian. Islam Nusantara juga didakwahkan dengan cara merangkul budaya, menyelaraskan budaya lokal, menghormati, dan tidak memberangus budaya.
Menurut Zainul Milal, Islam Nusantara dengan mengedepankan jejaring merupakan jejaring yang terbangun merupakan bagian masterpiece Islam Nusantara, begitu juga dengan kemerdekaan RI dan tegaknya NKRI serta wajah Islam Indonesia yang ramah, damai toleran merupakan bagian dari masterpiece Islam Nusantara.
“Dan masterpeace itu tidak lain adalah rahmat Allah bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan ini adalah masterpiece Allah yang telah memfirmankan Islam rahmatan lil alamin,” cetusnya.

Islam Nusantara dinilai bisa ikut andil membantu menyelesaikan konflik dan peperangan di negara-negara Islam di Timur Tengah yang tak berkesudahan.
Islam Nusantara dengan ciri khasnya mengedepankan jalan tengah (moderat), tidak ekstrem kanan dan kiri dan mengedepankan perdamaian. Islam Nusantara juga didakwahkan dengan cara merangkul budaya, menyelaraskan budaya lokal, menghormati budaya, dan tidak memberangus budaya.
“Dalam buku karya Milal kali ini telah merangkai dengan apik bagaimana peran ulama santri dalam menyebarkan Islam di Indonesia,” ujar mantan Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali pada peluncuran buku khazanah Islam Nusantara “Masterpiece Islam Nusantara” karangan Zainul Milal Bizawi di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (12/3).
Selain meluncurkan buku, juga digelar pameran foto khazanah Islam Nusantara yang dihadiri para tokoh, alim ulama dan pejabat negara.
Menurut As’ad Ali, dari jejak sejarah dan tradisi ulama santri itulah, muncul karakter Islam Nusantara yang menampilkan Islam yang ramah, damai, terbuka, penuh sopan santun, tatakrama dan penuh toleransi. Sikap inilah yang sampai sekarang bisa dirasakan dan menjadi tradisi yang terus berkembang dalam Islam Ahlussunah wal Jamaah.
“Maka penting para pelaku penyebar Islam Nusantara untuk bernarasi dengan tutur sebagai menyambung lokal historis untuk generasi penerus,” ungkapnya.
Menurut As’ad, melalui buku karangan Zinul Milal Bizawi inilah, Islam Nusantara semakin dikenal dan dikenang sepanjang zaman, karena akan menjadi referensi bagi umat Islam.
“Bahkan menjadi rujukan umat Islam di luar, yang kita tahu negara di Timur Tengah saat ini sedang mengalami kekacauan, tentu butuh tangan Tuhan untuk mencapai perdamaian,” tegasnya.
Penulis buku "Masterpiece Islam Nusantara", Zinul Milal Bizawi menegaskan bahwa tradisi Islam Nusantara tidaklah antibudaya Arab, melainkan untuk melindungi Islam dari model Arabisasi dengan memahaminya secara kontekstual.
Islam Nusantara, kata dia, tetaplah berpijak pada akidah tauhid sebagaimana esensi ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Karenanya, kata Milal, kehadiran karakteristik Islam Nusantara bukanlah respons dari upaya Arabisasi atau pencampuran budaya Arab dengan ajaran Islam.
“Akan tetapi menegaskan pentingnya sebuah keselarasan dan kontekstualisasi terhadap budaya lokal sepanjang tidak melanggar esensi ajaran Islam,” ujarnya
Buku "Masterpiece Islam Nusantara " karya Zainul Milal merupakan tindaklanjut dari buku laskar santri yang terbit sebelumnya. Narasi dalam buku Masterpiece menggunakan plot terbalik membujuk agar pembaca dapat menyelami dengan baik, tidak terputus dan menemukan sejarah sendiri serta sanadnya tidak lompat dan tak terputus. Sedangkan jejaring dalam buku ini menarasikan sejarah jejaring ulama santri dalam memperjuangkan ajaran Islam.
Menurut Zainul Milal, jejaring yang terbangun merupakan bagian masterpiece Islam Nusantara, begitu juga dengan kemerdekaan RI dan tegaknya NKRI serta wajah Islam Indonesia yang ramah, damai toleran merupakan bagian dari masterpiece Islam Nusantara.
“Dan masterpeace itu tidak lain adalah rahmat Allah bagi bangsa Indonesia, sehingga dapat dikatakan ini adalah masterpiece Allah yang telah memfirmankan Islam rahmatan lil alamin,” cetusnya.

Leave a reply