Pendalaman Makna Puasa

0
696
Bagikan Sekarang

Saifullah Yusuf

Oleh: H. Saifullah Yusuf

Kalau kita renungkan, yang disampaikan dalam khutbah hari-hari adalah saripati dari puasa. Bila kita bisa dalami lebih jauh makna puasa, maka kita akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa. Pertama, soal kebahagiaan. Bahwa seorang yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keiklasan, maka jika pada saatnya dia mati akan bahagia seperti bahagianya saat dia berbuka puasa.

Kebahagiaan merupakan salah satu indikator kebahagiaan. Orang bisa kaya, tetapi tidak akan ada gunanya kalau tidak bahagia. Betapa pentingnya kebahagiaan itu sehingga Allah SWT mendorong kita untuk berbahagia baik dunia maupun akhirat. Allah juga berfirman dalam surah Yunus [10] ; 58 : maknanya : “Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Setiap tahun kita kembali pada bulan puasa, sebentar lagi Idul Fitri, dan nanti akan kembali lagi pada bulan puasa. Terus berputar yang pada intinya adalah “kembali” pada suatu titik, itulah sesungguhnya latihan kita untuk kembali kepada yang sesungguhnya, yakni kembali kepada Allah SWT. Dan pada hakekatnya kembali itu selalu diiringi dengan kebahagiaan.

Orang mudik dari Surabaya ke kampung halamannya, yang dikejar kebahagiaan bertemu dengan keluarganya.Yang sebelumnya bersusah-payah mengeluarkan tenaga, banting tulang untuk mendapatkan harta benda dalam satu tahun, untuk mudik, bertemu orang tua, karena dengan bertemu dengan orang tua dia akan merasa bahagia.

Maka, orang mau menebus dengan apapun demi meraih kebahagiaan itu. Semoga dalam “kembali” nya kita berlatih di bulan Ramadhan ini, kita bisa meraih akhir dari hidup kita dengan kebahagiaan. Kedua, sebenarnya puasa itu mudah, sangat sederhana, tetapi prakteknya bukan sesuatu yang mudah, karena nilainya yang sangat agung. Persoalannya adalah bisakah dengan puasa yang sederhana itu, kemudian bisa mendapat nilai yang luar biasa. Karena jika benar-benar bernilai, maka tampaklah dalam hidupnya, dalam setiap langkahnya seorang yang berpuasa dipimpin dan dikendalikan oleh Allah. Dan harapannya pengendalian itu terus ada di sebelas bulan yang akan datang.

Ketiga, inti puasa dalam kehidupan sosial adalah mewujudkan keadilan. Berbagi dengan sesama merupakan manifestasi dari ibadah puasa. Kenapa demikian? Karena diharapkan tidak ada ketidakadilan, ketidakmerataan di antara kita. Akhir-akhir ini, banyak kita saksikan terjadi konflik di negara-negara Timur Tengah, juga di kawasan asia lainnya. Kalau diteliti secara cermat, maka tetapi utamanya adalah faktor kesenjangan sosial.

Ada disparitas, nilai rasio kesenjangannya mencapai 0,45. Indonesia nilainya 0,43, sehingga sudah “lampu kuning” beberapa saat menuju “merah”. Konflik, kriminalitas, kekerasan-kekerasan lainnya salah satu penyebabnya adalah ketidakmerataan keadilan sosial, ketidakrataan kue pembangunan.

Oleh karena itu, Islam menawarkan konsep pemerataan, dengan cara memperbaiki hubungan dengan Allah, juga memperbaiki hubungan dengan sesama. Semoga kita bisa menjadi orang yang bisa ambil bagian dalam mewujudkan keadilan dan pemerataan di negara kita dengan cara kita masing-masing.

 

H Saifullah Yusuf, Ketua PBNU dan Wakil Gubernur Jawa Timur.

Leave a reply