Jombang – Innalillahi wainna ilahi rajiun. Pagi ini, Senin (22/5), Pesantren Tebuireng Jombang berduka. Salah seorang kiai sepuhnya, yakni KH Mahmad Baidhawi meninggal dunia sekitar pukul 05.30 WIB.
Mbah Mad, sapaan kesehariannya adalah putra dari KH. Ahmad Baidhawi Asro, pengasuh Pesantren Tebuireng ke-3 tahun 1951 hingga 1952.
Sedangkan KH. Ahmad Baidhawi Asro adalah suami dari Nyai Hj Aisyah, putri Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, pendiri dan pengasuh pertama Pesantren Tebuireng yang juga Rais Akbar Nahdlatul Ulama.
Sosok Mbah Mad dikenal sebagai kiai istikamah. Hal tersebut dibuktikan oleh salah satu dewan pengawas Pesantren Tebuireng itu untuk menjaga jadwal sebagai imam Shalat Maghrib di masjid pesantren. Salah satu warisan amalannya adalah tradisi pembacaan Shalawat Burdah setelah wirid shalat Maghrib untuk menjaga pesantren, dan mendoakan keamanan serta kedamaian Indonesia.
Penyebab wafatnya Mbah Mad tidak diketahui, karena sebelumnya terlihat sehat. “Tidak apa-apa. habis shalat Shubuh gelendangan (tidur-tiduran) terus meninggal,” kata salah satu petugas keamanan Madrasatul Quran Tebuireng.
Jenazah Mbah Mad akan dimakamkan di komplek pemakaman masyayikh Pesantren Tebuireng pukul 14.00 WIB siang. Pantauan di rumah duka, jenazah masih dishalati oleh para keluarga dan dzurriyah Tebuireng.
Turut bertakziyah ke rumah duka, Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid yang juga menjadi imam shalat jenazah, Ibu Nyai Faridah Salahuddin, Pengasuh Pesantren MQ, KH. Abdul Hadi Yusuf, Pengasuh Pesantren Walisongo, KH. Jamiluddin, dan beberapa dzuriyah Pesantren Tebuireng. Tampak terlihat KH. Abdul Hakam Kholiq, KH Agus M. Zaki Hadziq, KH. Agus Fahmi Amrullah Hadziq, dan yang lain.
Menurut penuturan sepupu almarhum, KH. Agus M. Zaki Hadzik atau yang biasa dipanggil Gus Zaki bahwa usia almarhum mencapai sekitar 77 tahunan. Gus Zaki juga memberikan kesaksian bahwa Mbah Mad adalah sosok yang baik dan memegang teguh aturan dan prinsip. Selamat jalan Mbah Mad. (TBO/s@if)
