
Sidoarjo – Beberapa santri dan warga di Sidoarjo lebih memilih jalan kaki menuju Stadion Gelora Delta, tempat dilangsungkannya istighotsah kubro. Usai shalat Shubuh, mereka akan memadati stadion dan bergabung dengan jemaah lain dari berbagai kota di Jawa Timur.
Salah satunya para santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Bumi Sholawat, Lebo, Sidoarjo. Menurut Kiai Aria Muchammad Ali, putra pengasuh Ponpes Bumi Sholawat KH Agoes Ali Masyhuri, kegiatan doa bersama itu akan menjadi lambang kebersamaan umat Islam. Nah, dengan berjalan bersama-sama menuju Stadion Gelora Delta, diharapkan ada kedekatan antarumat.
“Siapa pun boleh ikut jalan kaki bersama kami. Bakal ada hadiah umrah. Kita berangkat dari pondok setelah salat Subuh,” ungkapnya, Sabtu (8/4).
Demikian pula santri dari Ponpes Al Hamdaniyah, Siwalanpanji, Buduran. Ponpes yang berdiri sejak abad ke-19 itu juga sibuk mempersiapkan diri menjelang istighotsah kubro yang diselenggarakan PWNU Jatim tersebut. Bahkan, ponpes yang disebut-sebut memiliki catatan sejarah dengan kelahiran pendiri NU Hadratus Syaikh Hasyim Asyari tersebut juga menjadi tempat transit nahdliyin dari Sampang. Setidaknya ada 1.200 orang yang singgah di pesantren tersebut.
Pengurus Ponpes Al Hamdaniyah M. Hasyim Fahrurrozi mengatakan, kehadiran tamu dari Sampang dengan jumlah besar tentu menjadi kehormatan tersendiri. Mereka tiba Ahad (9/4) dini hari. Tamu dari Sampang akan beristirahat sebentar di pesantren, kemudian melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Setelah itu, dilanjutkan sarapan pagi sebelum berangkat menuju Stadion Gelora Delta. “Kami serombongan akan jalan kaki,” tuturnya.
Selain rombongan tamu dari Sampang, lanjut Hasyim, santri putra dan mahasiswa dari Ponpes Al Hamdaniyah akan ikut dalam kegiatan istighotsah kubro. Jumlahnya ratusan orang. “Untuk santri putri tidak ikut. Jadi, hanya yang putra,” katanya.
Ribuan peserta dari Ponpes Al Hamdaniyah akan berangkat bersama dengan berjalan kaki menuju Stadion Gelora Delta pukul 05.30. Selain kebersamaan, jalan kaki itu bertujuan menghindari macet dan mengurangi kepadatan kendaraan. “Kami tidak sewa mobil karena terlalu banyak yang ikut. Nanti di jalan malah macet. Jadi, kami putuskan untuk jalan kaki saja,” ungkapnya.
Sejatinya, ponpes yang dikenal dengan sebutan Ponpes Panji itu juga dilirik nahdliyin dari Ponpes Lirboyo, Kediri. Namun, keterbatasan tempat di ponpes yang masih asli dengan bangunan lawasnya tersebut membuat para tamu dari Ponpes Lirboyo harus beralih tempat transit. “Tempat kami sudah tidak memungkinkan. Saudara-saudara dari Ponpes Lirboyo akhirnya transit di salah satu masjid di kawasan Kahuripan,” ujarnya.
Pondok pesantren dan lembaga pendidikan NU lain di Sidoarjo pun dipastikan mengikuti istighotsah kubro. Bahkan, tidak sedikit para santri dan pelajar yang siap menjadi “pasukan semut”. Yakni, pasukan kebersihan. (JP/s@if)