Rais Am PBNU: Manfaatkan Ilmu Pengetahuan untuk Kemaslahatan Umat

SURABAYA — Tantangan yang dihadapi dunia santri dan kaum santri, saat ini demikian lengkap. Karenanya dibutuhkan anak muda yang tidak semata menguasai pengetahuan dan keterampilan, juga menjunjung kebenaran. Rusaknya sebuah bangsa manakala mereka yang pintar tidak lagi membela kebenaran.
Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar
mengungkapkan hal itu pada Forum Silaturahim Nasional atau
Forsilatnas VIII Persatuan Profesional Muslim (PPM) Aswaja,
Sabtu 27 April 2019. Kegiatan yang menghadirkan para pegiat
media Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dari berbagai kota di
tanah air tersebut berlangsung di Pesantren Miftachussunnah,
Surabaya.
Menurut Kiai Miftah, panggilan akrabnya, ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah membaca dan juga beriman.
“Ini memberikan pesan agar di samping kita pintar, juga benar,”
kata Kiai Miftah, sapaan akrabnya.
Karenanya, Pengasuh Pesantren Miftachussunnah,
Kedungtarukan Surabaya ini menyambut baik Forsilatnas yang
selalu ditempatkan di pesantren.
“Jangan remehkan pesantren kecil, karena justru di sinilah ada
taufik,” katanya.
Dirinya mengingatkan bahwa kemampuan untuk mengikuti dan
memenuhi seruan Allah atau taufik lebih mahal dibandingkan
dengan banyaknya pengetahuan.
“Karenanya, lengkapi pengetahuan yang kalian miliki dengan
taufik,” tegasnya.
Demikian pula Kiai Miftah mempersilakan peserta untuk
mengejar dan meraih sederet gelar dan titel kesarjanaan hingga
jabatan apa saja. “Namun ujung-ujungnya gunakan demi
kemaslahatan umat,” ungkapnya.
Kiai yang pernah menjabat Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul
Ulama Jawa Timur ini juga mengingatkan kepada peserta
tentang pesan yang disampaikan Syaikh Yusuf bin Yahya bahwa
di akhir zaman akan ada sejumlah tanda.
“Akan datang masanya tipu daya,” katanya. Demikian pula
orang benar tidak lagi dibenarkan. Mereka yang amanah
dikatakan sebagai pengkhianat, lanjutnya.
Dengan demikian, kegiatan seperti Forsilatnas yang digelar di
pesantren diharapkan agar memiliki nilai lebih. “Yaitu
mendapatkan sentuhan keberkahan dan taufik dari Allah SWT,”
jelasnya.
Di hadapan ratusan peserta, Kiai Miftah juga berharap forum ini
akan melahirkan desain besar bagi NU menjelang usianya yang
ke seratus tahun. “Juga strategi besar agar besarnya jumlah
warga diimbangi dengan kesadaran untuk berbenah,” tandasnya.
Sejumlah narasumber mengisi kegiatan yang berlangsung hingga
Minggu 28 April 2019. Di antaranya KH Lukman Hakim, Agus
Zainal Arifin, Ustadz Muntaha, Fauzi Priambodo, Hakim Jayli,
Ubaidillah Sadewo, Edi Kurniawan, dan Arif Afandi.
Pada hari terakhir, peserta yang merupakan utusan dari sejumlah
pesantren dan kampus di tanah air tersebut juga mengikuti
workshop yang dibagi menjadi tiga kelas keahlian. (Red)