Peringatan Maulid Nabi Muhammad, Gubernur Jatim Pimpin Mahalul Qiyam

0
632
Bagikan Sekarang

SURABAYA — Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW digelar Pemerintah Provinsi Jawa Timur, di Masjid Al-Akbar Surabaya, Kamis malam 5 November 2020. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, berkesempatan memimpin pembacaan Shalawat Nabi hingga Mahalul Qiyam, diikuti Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Forkompimda Jawa Timur, Kapolda Jatim, pejabat lainnya, serta pelajar dan santri.

Pada kesempatan itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Profesor KH Nasaruddin Umar menyampaikan pesan Maulid Nabi. Menurutnya, umat Islam Indonesia menjadikan tradisi bershalawat Nabi. Apalagi, dalam peringatan Maulid Nabi, kita bershalawat, mengagungkan dan mengambil hikmah dengan kedekatan figur pada Rasulullah SAW.

Peringatan ini, merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan mawas diri dan refleksi sejauh mana telah mengikuti teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.

“Untuk itu, peringatan Maulid Nabi hari ini harus menjadi bahan refleksi untuk kembali menghadirkan ‘Nur Muhammad’ yang tentunya dapat mencerdaskan dan menguatkan umat,” kata Prof Nasaruddin, secara virtual.

Pada kesempatan itu, Khofifah turut membacakan Shalawat Nabi didukung 75 penabu rebana dan grup Shalawat Al-Banjari Polda Jatim, pelajar dan santri di Jawa TImur.

Pada bagian lain, Prof Nasaruddin Umar menegaskan, peringatan Maulid Nabi sejatinya bisa mengukuhkan kesadaran umat Islam untuk meneruskan perjuangan dengan menyebarkan dakwah yang mengajarkan keimanan serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.

“Umat Islam harus bisa meneladani Nabi Muhammad yang betul-betul “rahmatan lil alamin”, menjadi rahmat bagi seluruh alam,” kata Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Prof Nasaruddin mengatakan, selama hidupnya, Nabi Muhammad tidak pernah mengedepankan kekerasan dalam menghadapi segala macam permasalahan.

“Bisa dikatakan dalam menghadapi segala macam permasalahan, Nabi Muhammad lebih menekankan kepada aspek perdamaian, persaudaraan, toleransi, persamaan, dan keadilan,” katanya.

Selain itu, lanjut mantan wakil menteri agama ini, Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat menjaga perasaan orang lain, satu sifat mulia yang wajib ditiru oleh mereka yang mengaku sebagai pengikutnya.

Nabi Muhammad, lanjut Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) ini, adalah teladan yang baik dan lengkap, sebagai pribadi, kepala keluarga, anggota masyarakat, kepala negara, ilmuwan, seniman, bahkan pedagang.

Menurut dia, keteladanan Nabi Muhammad harus dijadikan pegangan oleh umat Islam Indonesia dalam memelihara perdamaian dan kesatuan NKRI dari berbagai ancaman perpecahan, termasuk ancaman paham radikal terorisme.(Red)

Leave a reply