PENTINGNYA MENJAGA AMANAH ILMU

0
560
PENTINGNYA MENJAGA AMANAH ILMU
Bagikan Sekarang

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada
diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara
melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang
diharamkan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ilmu adalah sesuatu yang Allah titipkan kepada kita. Karenanya kita wajib
menjaganya dengan penuh amanah. Amanah pada ilmu artinya kita cari
ilmu itu dengan cara yang benar, kita pahami dengan pemahaman yang
benar dan kita sampaikan dengan benar.

Mencari ilmu dengan cara yang benar artinya mempelajari ilmu itu dari
guru yang terpercaya dan memiliki sanad keilmuan yang bersambung
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memahami ilmu dengan
pemahaman yang benar artinya memahami ilmu itu sesuai dengan
pemahaman para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Dan menyampaikan
ilmu dengan benar artinya ilmu yang telah dipelajari disampaikan sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh para ulama, tidak ditambahi,
dikurangi atau diselewengkan.

Menjaga amanah harta adalah penting. Tapi menjaga amanah ilmu jauh
lebih penting. Sebaliknya, memperlakukan ilmu dengan tidak amanah
(khianat pada ilmu) dampaknya jauh lebih besar dan berbahaya daripada
khianat dalam masalah harta.

Minggu ini, kita disuguhi berita tentang kasus penipuan yang dilakukan
oleh sebuah toko online. Dengan diiming-imingi diskon sampai dengan
90 %, korbannya mencapai ratusan orang. Kerugian ditaksir tidak kurang
dari 17 milyar. Inilah contoh khianat pada harta: tidak memperlakukan
harta dengan amanah. Dampak yang ditimbulkan sangat besar.

Khianat dalam masalah ilmu dampaknya bisa jauh lebih berbahaya.
Khianat dalam masalah harta memang dapat menimbulkan banyak
kerugian. Tapi kerugian yang diakibatkan hanya bendawi dan duniawi
yang sifatnya hanya sementara. Sedangkan kerugian yang diakibatkan
khianat pada ilmu kaitannya dengan ukhrawi dan bisa menyebabkan
kesengsaraan yang sifatnya abadi di akhirat

Hadirin jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia,

Seseorang yang tidak amanah dalam masalah ilmu bisa menjadi sumber
bencana bagi orang banyak. Menyampaikan ilmu secara serampangan
dan hanya berdasar hawa nafsu adalah salah satu bentuk khianat dalam
masalah ilmu. Hal itu dapat menyebabkan banyak orang terjerumus
dalam kesesatan. Ribuan bahkan jutaan orang mungkin akan terjatuh ke
dalam dosa besar. Dan mungkin saja ribuan orang akan keluar dari Islam
dan mati dalam keadaan tidak membawa iman.

Hadirin rahimakumullah,

Oleh karena itulah, kita diingatkan dan diwanti-wanti oleh Allah
subhanahu wa ta’ala agar tidak menyampaikan sesuatu yang tidak kita
ketahui. Allah melarang kita untuk mengatakan sesuatu tanpa dasar ilmu
dalam firman-Nya:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولً
Maknanya: “Dan janganlah engkau mengucapkan perkataan tanpa dasar ilmu”

(QS al-Isra’: 36)

Di antara sikap amanah dalam menjaga ilmu adalah tidak malu dan gengsi
mengatakan “saya tidak tahu” pada saat tidak mengetahui satu
persoalan, terutama yang terkait dengan agama.

Apa yang dilakukan Imam Malik bin Anas bisa menjadi teladan bagi kita
semua. Suatu ketika beliau didatangi seseorang yang membawa daftar
48 pertanyaan. Imam Malik hanya menjawab 6, dan selebihnya beliau
mengatakan: Saya tidak tahu. Dalam riwayat yang lain, beliau menjawab
16 dan 32 pertanyaan sisanya, beliau tanpa malu dan gengsi mengatakan:
Saya tidak mengetahui jawabannya.

Imam Malik adalah pendiri madzhab Maliki. Guru dari Imam Syafi’i. Beliau
berjuluk Imamu Daril Hijrah (pucuk pimpinan para ulama Kota Madinah).
Beliau tidak hanya berhasil mencetak para ulama besar sekaliber Imam
Syafi’i. Di samping itu dari madrasahnya lahir pula para wali besar
sekaliber Imam Dzun Nun al-Mishri, Tsauban bin Ibrahim yang salah satu
kata mutiaranya dalam akidah selalu didengungkan dan digaungkan oleh
para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dari masa ke masa:

Apa pun yang terbayang dalam benakmu, maka Allah tidak menyerupai itu

Imam Dzun Nun al-Mishri, Tsauban bin Ibrahim

Jika ulama setingkat Imam Malik saja sama sekali tidak merasa malu dan
gengsi mengatakan “saya tidak tahu”, kenapa kita harus merasa
kehilangan harga diri untuk mengatakan tidak tahu dalam hal-hal yang
memang kita tidak tahu.

Sok tahu, terutama dalam masalah agama, hanya memberikan
keuntungan sesaat yang sebenarnya tidak ada manfaatnya sama sekali,
baik di dunia maupun di akhirat. Sok tahu atau mengaku tahu padahal
tidak tahu dalam masalah agama, hanya akan menimbulkan kerugian,
baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Seseorang yang menjawab pertanyaan seputar agama tanpa dasar ilmu
akan dijauhkan dari rahmat Allah, dilaknat oleh para malaikat langit dan
bumi, dan terjatuh ke dalam salah satu dosa besar. Baginda Nabi
menegaskan:

“Barangsiapa berfatwa (bicara agama) tanpa dasar ilmu, maka ia dilaknat oleh para malaikat di langit dan di bumi” (HR Ibnu Asakir)

Nabi Muhammad SAW

Janganlah karena malu dan gengsi kepada sesama makhluk, lalu kita
tidak malu kepada Allah. Semestinya kita lebih malu kepada Allah
daripada malu kepada sesama makhluk. Rasa gengsi dan malu kepada
sesama makhluk tidaklah bermanfaat sama sekali di akhirat. Anggapan
dari sesama makhluk bahwa kita alim dan banyak ilmu tidak akan
melapangkan rezeki dan menunda ajal kita. Sebaliknya jatuhnya harga
diri kita dalam pandangan makhluk yang disebabkan kita berterus terang
mengatakan tidak tahu dalam masalah agama, tidak akan mengurangi
rezeki dan mempercepat ajal kita.

Allah-lah yang memberikan rezeki kepada kita. Rezeki kita sudah dijatah
oleh Allah, Sang Maha Pemberi rezeki. Rezeki kita tidak akan bertambah
atau berkurang dengan sebab apa pun. Ajal kita juga telah tertulis di Lauh
Mahfuz. Tidak akan bisa dipercepat atau ditunda barang sesaat pun
dengan sebab apa pun dan oleh siapa pun.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini.
Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa
Timur
dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan
Masjid Indonesia Kab. Mojokerto

Leave a reply