KHARTOUM — Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Sudan, yang diwakili oleh beberapa jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah berkunjung ke kediaman salah satu Mustasyar, Syekh Awadl Karim Utsman Al-‘Aqly di kampung Dukhainat, Kala’la, Sudan 19-20 Oktober 2020.
Kunjungan ini selain dimaksudkan untuk silaturahmi, juga dalam rangka menindak lanjuti beberapa hal penting. Diantaranya menyampaikan amanah dari DAIMI (Dauroh Ilmiyah Lil Ma’ahid Islamiyah) Indonesia berupa kerjasama dengan PCINU Sudan untuk menghubungi Syeikh Awadl Karim agar berkenan mengisi acara Pengajian Sanad Online.
Selanjutnya beliau juga diundang untuk bisa mengisi muhadarah pada acara akbar “Sudan Bersholawat” yang tergabung dalam serangkaian acara Hari Santri 22 Oktober yang akan diselenggarakan oleh PCINU Sudan pada Sabtu 24 Oktober 2020.
Tanpa berpikir panjang, Syekh Awadl Karim menyanggupi satu persatu undangan yang diberikan. Meskipun sedang dalam kondisi yang kurang sehat, selama berkaitan dengan penyampaian ilmu, beliau berusaha untuk tidak menolaknya.
Syekh Awadl Karim mengapresiasi penuh, atas inisiasi diselenggarakannya Ihtifal al-Alamiyah bi Dzikra Mauludi Khoiril Bariyyah (Sudan Bersholawat). Beliau mengaku sangat senang dengan semaraknya acara peringatan Maulid Nabi SAW. Bahkan, setelah acara Sudan Bersholawat, beliau dijadwalkan akan menghadiri Peringatan Maulid Nabi SAW di Medan Maulid, Omdurman yang diselenggarakan tiap tahun sekali, dan dihadiri oleh para ulama-ulama sufi, dimana dalam acara tersebut ada peringatan Haul dan pembacaan sirah dari salah satu ulama sufi dunia, yang mana pada tahun ini Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani (Makkah) dipilih sebagai tokoh yang akan dikaji dan diperingati, setelah sebelumnya beliau Asy-Syahid Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi (Suriah).
Suasana silaturahmi ini terasa sangat hangat. Setelah membahas hal-hal inti, Syekh Awadl yang juga merupakan Guru Besar di Masjid Agung Omdurman Sudan ini menceritakan beberapa pengalamannya selama safari ilmiyah di Indonesia. Mulai dari masyarakatnya yang ramah, adat dan budaya pesantren yang unik, keindahan tempat, hingga makanan yang tidak bisa ditemui di Sudan. “Saya paling suka durian dan salak,” kata beliau diiringi tawa dari para tamu yang sowan.
Namun, tidak hanya itu saja, Syeikh Awadl turut mengingatkan para Nahdliyyin untuk terus semangat dan pantang menyerah dalam berjuang menegakkan agama Allah; karena tahun ini merupakan salah satu tahun-tahun yang berat. Selain dilanda pandemi dan krisis ekonomi, banyak sekali ulama-ulama di dunia yang diambil oleh Allah SWT, seperti Syekh Ahmad Shafi (Bangladesh), Syekh Nuriddin Itr (Suriah), Syeikh Umar bin Abdurrahman Al-Jufri (Madinah), Sayyid Alawi bin Abu Bakr Al-Haddad (Makkah), dan ulama-ulama besar lainnya khususnya di Indonesia.
“Saya sangat bersedih hati dengan diambilnya para ulama-ulama. Sungguh, ini merupakan tahun yang berat. Saya berharap para ulama-ulama yang menebarkan cahaya berupa ilmu dan kebaikan diberikan kekuatan, kesehatan, panjang umur.” Tutur beliau.
Kunjungan ke Syeikh Awadl ini berjalan dengan sangat lancar, tanpa halangan suatu apapun. Hingga ditutup dengan doa dari Syekh Awadl Karim, dan foto bersama.(Red/fulan)