Mbah Kiai Anwar Nur, dan Catatan 1000 Hari KH Hasyim Muzadi
USWAH — Pondok Pesantren Al-Hikam Malang, hari ini, Ahad 15 Desember 2019, mengadakan acara Peringatan 1000 Hari Wafatnya KH Hasyim Muzadi. Dr KH Ahmad Fahrur Rozi, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur memberikan catatan kenangan. Berikut lengkapnya:
oleh: Ahmad Fahrur Rozi
Ahad 15 Desember 2019 pagi, di Ponpes Al-Hikam Malang diadakan majelis dzikir peringatan 1000 hari kemangkatan almaghfurlah Dr. KH Hasyim Muzadi. Kiai Hasyim adalah alumni Pondok Pesantren An-Nur Satu Bululawang, Malang, yang kami banggakan dan mantan Ketua Umum PBNU dua periode 1999- 2009.
Banyak kenangan manis saya bersama almarhum, sejak usai Muktamar ke-30 NU di Lirboyo Kediri, saya sering diajak menemani beliau pergi ke berbagai tempat di dalam dan luar negeri. Mengunjungi banyak Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) di berbagai daerah dan sowan kepada para kiai sepuh. Begitu dekat hingga saya memanggilnya “Abah” seperti ayah saya sendiri.
Beliau yang saya kenal adalah sosok sederhana, dermawan, humoris dan sangat cerdas. Guyonan beliau khas dan pidatonya sejuk merangkul. Mudah dipahami orang awam. Padahal, beliau menjadi Ketum PBNU di saat gawat; era gonjang-ganjing politik yang berujung kejatuhan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari kursi kepemimpinan nasional.
Tapi, beliau berhasil tetap dapat menjaga kendali NU dalam posisi Aman.
Yang saya ingat betul, Abah Kiai Hasyim Muzadi sangat ramah, murah hati dan suka memberi kepada siapa pun. Jika melakukan kunjungan ke cabang NU di daerah tidak pernah merepotkan dengan sekadar minta tiket misalnya. Beliau tidak bersedia diberi tabsyiroh “amplop“. Bahkan sangat sering malah beliau yang meninggalkan amplop untuk membantu mereka di daerah.
Misal, pernah saya diajak peresmian kantor madrasah NU di Jeddah. Beliau memberi bantuan tunai 5000 USD.
Beliau sangat sering cerita kenangan dan nasihat kakek saya, almarhum Mbah Kiai Anwar, Pendiri Ponpes Annur Bululawang Malang. Beliau dawuh merasa banyak mendapatkan berkah didikan Mbah Anwar.
Pernah suatu saat saya diajak naik mobilnya dan dipameri setumpuk amplop cokelat berisi uang. Sambil beliau dawuh; Rur, ini berkah ilmu kakekmu. Tanpa perlu proposal sudah datang sendiri. Lihat dulu kalau Kiai Anwar (kakek saya) mantu atau hari raya, semua orang datang berduyun-duyun. Tanpa diundang. Karena selamanya Mbah Kiai Anwar itu suka membantu orang.
Jika mereka datang minta doa, minta nasihat, cari jodoh, mengeluh sakit atau lainnya pasti dilayani. Makanya mereka senang dan mencintai Mbah Kiai Anwar. Siapa yang melayani akan dilayani.
Beberapa hari sebelum wafat, beliau masih sempatkan ziarah pamitan ke makam Mbah Kiai Anwar. Selamat beristirahat Abah. Semoga telah berkumpul bersama Mbah Kiai Anwar di sorga-Nya. Amin. (Red)