Manajemen Hati dalam Perspektif Tasawuf

Mojokerto — Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (HMJ) Institut pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) menggelar kajian Islam berlandaskan Tasawwuf di Aula Pascasarjana IKHAC Pacet, Kabupaten Mojokerto Rabu, (30/03/22) siang. Kegiatan kali ini mengangkat tema “Manajemen Qolbu Perspektif Tasawwuf”.
Hadir dalam Acara, Pimpinan HMJ MPI IKHAC Raden Acep Supyana dan segenap jajaran kepengurusan Kabinet Transformatif Rouhdhoh Manajemen Sehati (Romansa).
Lutfiah, selaku ketua pelaksana kegiatan menyampaikan terimakasih kepada segenap jajaran panitia pelaksana yang sudah membantu kontribusi.
“Kami berharap dengan acara ini membuka wawasan cakrawala, menumbuhkan keilmuan serta menjalin silaturahim,” ujarnya.
Sementara itu, Kang Acep menyampaikan harapan HMJ MPI IKHAC ke depan agar selalu bersama-sama membangun kegiatan-kegiatan bernuansa Islam. Selain itu pihaknya selalu bersinergi dengan mengedepankan kolaborasi keilmuan Ahlussunnah Waljama’ah.
Yusuf Suharto, selaku pemateri kajian Islam perspektif Tasawuf merupakan peneliti di Aswaja NU Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Jawa Timur.
Yusuf Suharto adalah Alumni pesantren Denanyar yang pernah menjadi dosen bahasa Indonesia di Universitas Darul Ulum (UNDAR) dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Pemkab Jombang.
Dalam kesempatan itu Ketua Persatuan Dosen Agama Islam (Persada) Nusantara DPW Jatim ini mengingatkan pentingnya kajian Islam yang berlandaskan Tasawuf dengan menata qolbu untuk senantiasa terus evaluasi diri serta perwujudan nyata dengan membentuk jiwa yang Insan bertakwa kepada Allah.
“Dalam riwayat tentang Abdullah Ibn Abbas, manusia yang mendayagunakan akalnya dengan proposional akan melahirkan akhlak yang mulia, yakni menjadi sosok pemaaf, rendah hati serta bijaksana. Manusia akan berbahagia jiwanya jika selalu menyeimbangkan pendayagunaan tiga potensi yaitu akal, emosi, dan hasrat jiwa,” ungkap pria kelahiran Banyuwangi ini.
Ia berpesan kepada seluruh mahasiswa MPI IKHAC, meningkatkan kualitas keilmuan dan ketakwaan kepada Allah, menjadi manusia yang bermanfaat kepada sesama, dan selalu memoderasi daya.
“Hasrat yang tidak terkendali akan membawa manusia pada pemuasan nafsu. Dengan menumbuhkan jiwa rendah hati, tidak sombong, maka kualitas diri akan semakin tinggi dan akan dicinta Allah,” pungkasnya.