
Kediri — Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH M Hasan Mutawakkil Alallah berharap, jelang pemilihan calon anggota legislatif dan pemilihan presiden, harus cerdas menggunakan hak suaranya. Hal tersebut demi melahirkan sosok pemimpin yang adil demi kemaslahan umat.
Menurutnya, jelang Pileg dan Pilpres, NU tidak boleh menjadi alat dari politik praktis. Tapi harus tetap bergandeng tangan dengan berbagai aspirasi demi kemaslahatan umat.
“Warga NU harus cerdas menggunakan hak politiknya untuk memilih dan melahirkan pemimpin yang membawa kemaslahatan umat,” katanya, Sabtu (28/7) malam.
Dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Timur, Kiai Mutawakkil menyampaikan, bahwa dari Pesantren Lirboyo, lahir sosok ulama kharismatik dan berpengaruh kuat di Jawa Timur.
Ulama tersebut adalah KH Mahrus Ali sebagai salah seorang pejuang dalam kemiliteran pada zamannya. Jika saat ini adalah Tentara Nasional Indonesia atau TNI.
“Ini jarang diketahui publik karena masih ditutup-tutupi,” kata Kiai Mutawakkil. Ini adalah sejarah yang tidak boleh dilupakan oleh warga NU dan rakyat Indonesia pada umumnya. Karena menyangkut kemerdekaan RI, lanjutnya.
Dalam pandangan Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo tersebut, Koferwil ini merupakan kewajiban pengurus PWNU untuk menyampaikan program dan seluruh yang telah dilakukan PWNU Jatim. “Dalam sidang nanti akan kami sampaikan semua,” katanya.
Menurut alumni Pondok Lirboyo Kediri ini, Konferwil mengambil tema Meneguhkan NU sebagai Payung Bangsa karena ancaman bangsa sangat berat. “Bahkan teror terjadi di Jawa Timur,” sergahnya.
Berikutnya Kiai Mutawakkil mengingatkan untuk menjaga supremasi para ulama dan NU. “Jangan sekali-kali NU Jatim menjadi boneka pihak mana pun. Karena mereka berbagai cara melakukan degradasi pada ulama dan NU. Mereka menjelekkan tokoh NU dan pesantren,” ungkapnya.
Karena jika itu yang terjadi, bukan hanya ancaman bagi NU. Tapi Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Dari itu, NU harus tetap menjaga bimbingan ulama dan NU,” tandasnya di hadapan sejumlah kiai dan ulama, termasuk Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj. (s@if)