Ketua PWNU Jatim: Istighotsah Kubro Murni Kegiatan Agama

0
506
Bagikan Sekarang

Surabaya — Ketika para ulama serta kiai sepuh sudah turun gunung, tandanya ada persoalan besar yang menjadi kegelisahan. Itu juga yang dirasakan panutan umat ini saat melihat perkembangan bangsa. Hal tersebut sebagai bentuk konsistensi para kiai dan ulama yang peduli terhadap persoalan keagamaan, keumatan dan kebangsaan. Demikian penjelasan KH Mutawakkil Alallah, Ketua PWNU Jawa Timur saat konferensi pers di loby Gedung PWNU Jatim, Kamis (6/4).

Sebelum diputuskan doa bersama dan istighotsah kubro, para kiai sepuh berkumpul di Pesantren Lirboyo Kediri, akhir Februari lalu. Hampir semua kiai merasakan hal yang sama. Yaitu kegelisahan atas problem keagamaan dan kebangsaan. Seperti kemiskinan, kesenjangan, korupsi, narkoba, intoleran, perpecahan umat dan sebagainya.

“Ini adalah gawe besar setelah 21 tahun berlalu sejak istighotsah kubro pada Desember 1996 di Stadion Tambaksari Surabaya yang kemudian disusul dengan peristiwa krisis moneter dan reformasi,” ungkap Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini.
Kegiatan istighotsah kubro yang dilaksanakan Ahad 12 Rajab 1938 bertepatan 9 April 2017 ini, murni kegiatan agama. Nir politik. Sehingga nanti tidak ada pidato atau sambutan dari tokoh politik atau pejabat. “Tokoh politik atau pejabat, silakan hadir, tapi tidak untuk menyampaikan sambutan,” kata H Ahsanul Haq Ketua Panitia Istighotsah Kubro.

Acara yang nantinya dilehat di Stadion Gelora Delta Sidoarjo tersebut akan ada dua sambutan yakni dari Ketua PWNU Jatim dan tausyiah keagamaan oleh KH Ma’ruf Amin selaku Rais Am PBNU. Selain itu ada maklumat PWNU Jatim untuk mengarahkan umat Islam dan seluruh elemen bangsa dalam rangka menguatkan kembali bangunan keagamaan dan kebangsaan di Tanah Air.

Karena seperti diketahui, di Indonesia terjadi beberapa peristiwa yang menimbulkan wacana dunia bahwa Islam moderat di Indonesia telah mati. Maka dari itu NU menjawab dengan doa bersama para ulama. “Kami mayoritas muslim di Indonesia masih memiliki komitmen kuat untuk menghadirkan pola beragama dan berbangsa yang tawassuth, tawazun, i’tidal, dan tasamuh dan menjalankan visi rahmatan lil alamin,” kata KH Agoes Ali Mashuri, Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim.

Kegiatan besar ini murni swadaya yang mengedepankan kemandirian umat. Umat Islam dari berbagai kalangan tampaknya merindukan kehadiran dan kemurnian persatuan antar ulama. Ulama dan umat mendoakan kejayaan Islam dan menguatkan NKRI dalam menghadapi berbagai ancaman dan ketimpangan.

“Karena itulah, umat Islam secara suka rela mengorbankan waktu, tenaga, pemikiran, perhatian, biaya dan kerendahan hati,” kata Pengasuh Pesantren Bumi Shalawat Sidoarjo tersebut. Kini tiba waktunya sama-sama menunduk, menengadahkan tangan dan melangitkan doa agar Allah yang Maha Kuasa berkenan menerangi bumi khatulistiwa ini dengan nurullah (cahaya Allah), pungkasnya. (Rof Maulana/s@if)

Leave a reply