Jakarta — Selama kurang lebih delapan bulan, PC Muslimat NU Jombang menjalankan gerakan seribu rupiah sebagai jariyah setiap bulan. Ide awal yang menjabarkan AD/ART ini ternyata cukup mencengangkan. Meski hanya seribu rupiah, namun nilai yang terkumpul cukup banyak. Tingkat kemanfaatannya juga lebih beragam.
Begitu progres gerakan seribu rupiah dipresentasikan di hadapan ribuan anggota dan pengurus Muslimat NU dari berbagai wilayah se-Indonesia pada agenda Konggres XVII, tepuk tangan undangan langsung bergema. Pengurus Wilayah Muslimat NU Papua pun langsung intens meminta liflet program tersebut untuk diteruskan dan akan dijalankan di wilayahnya.
Gerakan seribu jariyah sedekah itu juga merumuskan program utama, yaitu menguatkan peran Muslimat NU Jombang dalam meningkatkan pendidikan, kesehatan, kemandirian ekonomi dan menjaga persatuan bangsa. Tak heran, jariyah itu harus diikuti oleh semua anggota dan dibayar setiap bulan. ”Hanya seribu rupiah saya kira tidak berat, untuk masuk toilet MCK saja dua ribu rupiah,” kata Nyai Hj. Mundjidah Wahab.
Awalnya, memang sempat ada anggota yang nggrundel dan menolak secara halus program gerakan jariyah ini. Namun setelah diberi pemahaman akan pentingnya jariyah, yang juga bisa menunjang kegiatan Muslimat, baik di kepengurusan ranting, ancab, cabang hingga ke wilayah dan pusat. ”Jadi digunakan untuk kegiatan internal dan eksternal, termasuk santunan anak yatim, fakir miskin, baksos, buta aksara dan pelatihan kemandirian,” tegasnya.
Putri pahlawan nasional KH Abdul Wahab Chasbullah ini pun menggandeng bank dalam mengelola uang jariyah. Setelah terkumpul di ranting dan ancab, maka petugas bank yang akan mengambil jariyah tersebut ke masing-masing anak cabang atau ancab. Setiap anggota akan mendapat kartu pembayaran iuran. Berikutnya, jariyah diserahkan ke ranting dan ancab. ”Selanjutnya bank yang proaktif melakukan penarikan dana setiap bulan,” jelas perempuan yang juga Wakil Bupati Jombang ini.
Setelah program tersebut disampaikan kepada anggota, respon masyarakat ternyata sangat tinggi. Tak sedikit yang langsung membayar sepuluh ribu rupiah untuk sepuluh bulan. Untuk mewujudkan transparansi program itu maka semua capaian akan diupdate di website PC Muslimat NU Jombang setiap saat. Selama enam bulan ini, semua kecamatan di Jombang sudah mengumpulkan dan menyetorkan iuran tersebut.
”Kita tak henti-hentinya melakukan sosialisasi, semua langkah itu bermuara pada satu tujuan, yakni mengemban amanah dari dan untuk rakyat,” tandas mantan anggota DPRD Jatim tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, sudah ada Rp 482 juta dana program gerakan seribu rupiah yang sudah masuk ke rekening bank. Selanjutnya, sebagian jariyah tersebut didistribusikan sesuai program AD/ART.
Selain memberi semangat agar gotong royong dan kemandirian ekonomi ke depan bisa terlihat, maka perlu ada keragaman budaya. ”Alhamdulillah selama delapan bulan ini sudah terkumpul hampir setengah miliar,” tegasnya diiringi tepuk tangan undangan yakni pengurus Muslimat NU se-Indonesia.
Nyai Mundjidah menambahkan, semangat gotong-royong pengurus dan anggota sudah cukup bagus. Jariyah anggota tersebut akan disalurkan setiap bulan dengan lokasi dan sasaran berbeda. Dari iuran tersebut akan didistribusikan ke beberapa titik. Selain diberikan untuk mendukung kegiatan kepengurusan di tingkat pusat 5 persen, wilayah ada 10 persen, dan cabang 15 persen.
Penggunaan dana jariyah tersebut disesuaikan kebutuhan masing-masing. ”Muslimat anak cabang juga dapat untuk menunjang kegiatan, selebihnya digunakan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan,” pungkas pengasuh Pondok Pesantren Putri Lathifiyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas ini. (RJ/saiful)