Gus Sholah Puji Langkah Panglima TNI Kunjungi Makam Presiden

0
455
Bagikan Sekarang

Jombang — Langkah Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengembangkan tradisi ziarah ke makam para mantan Panglima Tertinggi TNI mendapat apresiasi dari KH Salahudin Wahid. Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang ini juga menyebut Gatot Nurmantyo menguasai sejarah dengan baik.

Hal itu diungkapkan Gus Sholah, sapaan akrabnya usai menerima kunjungan rombongan ziarah dalam rangka HUT ke-71 TNI di Pesantren Tebuireng, Selasa (27/9) siang. Sebelum berziarah, Gatot dan Gus Sholah sempat berbincang sekitar 20 menit di Dalem Kasepuhan Tebuireng.

“Panglima dan saya berbincang-bincang tentang Resolusi Jihad. Ternyata beliau menguasai sejarah dengan baik,” ujar adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Pada kesempatan tersebut, Gus Sholah juga menginformasikan kepada Gatot bahwa di Tebuireng sedang dibangun Museum Islam Hasyim Asy’ari. Pembangunan museum itu dimaksudkan untuk memberi informasi kepada masyarakat tentang proses masuknya Islam ke Nusantara dengan damai dan menggunakan pendekatan budaya, tanpa kekuatan militer.

“Saya juga memberi informasi bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan oleh militer, polisi, pedagang, rakyat biasa, santri dan ulama. Ini untuk membantah pendapat bahwa negara berdasar Pancasila adalah negara yang bertentangan dengan Islam atau negara thaghut,” tegas Gus Sholah.

Sebagaimana diberitakan, menjelang peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-71 TNI, Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengajak seluruh Panglima Komando Utama (Pangkotama) untuk berziarah ke makam para mantan presiden dan panglima tinggi TNI.

Di Jawa Timur, Gatot mengajak rombongan berziarah ke makam Presiden Soekarno di Blitar dan KH Abdurrahman Wahid di Tebuireng Jombang, Selasa. Seluruh kepala staf dari ketiga kesatuan juga tampak mendampingi kunjungan tersebut.
Pria kelahiran 13 Maret 1960 ini menyampaikan bahwa kegiatan merupakan hasil diskusi dengan seluruh kepala staf. Tujuannya, agar prajurit TNI senantiasa mengenang sejarah perjuangan kemerdekaan dan meneladani sikap para pahlawan.

Ditambahkannya, pada 9 November, sebenarnya tentara dan rakyat sudah siap bertempur untuk mengusir tentara NICA yang membonceng pasukan sekutu. Tapi oleh Kiai Hasyim Asy’ari diminta menunda dulu.
“Kiai Hasyim meminta agar semua pasukan menunggu Kiai Abbas dari Cirebon, yang beliau juluki sebagai “Singa dari Jawa Barat”. Itulah awal terjadinya peristiwa perang yang sangat heroik pada 10 November, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan,” ujarnya pria 56 tahun ini.

Dengan mengingat sejarah, Gatot Nurmantyo berharap prajurit TNI dapat mencontoh kegigihan para pahlawan dalam menghadapi situasi yang semakin sulit. “Bung Karno mengatakan, perjuangan saya tidak berat karena hanya mengusir penjajah. Tapi perjuanganmu nanti akan lebih berat karena melawan bangsamu sendiri,” tandasnya mengutip ungkapan Sang Proklamator.

Dengan tradisi ziarah, mantan KSAD ini berharap TNI dan kalangan pesantren dapat bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan pembangunan. “Pantang menyerah, komitmen, penuh dedikasi dan yang paling penting berjuang dengan ikhlas, tanpa kepentingan apa pun,” pungkasnya. (Hms/saiful)

Leave a reply