Gus Baha’ dan Barisan Intelektual para Santri

0
436
Bagikan Sekarang

Oleh: Yusuf Suharto

FIKRAH — Pesantren adalah pendidikan tradisional keislaman yang telah teruji memproduksi para santri yang banyak berjuang dalam merebut, mempertahanankan dan mengisi kemerdekaan.

Di Pesantren dikenalkan nilai penghormatan ilmu dan guru (Ustadz dan Kiai), kesederhanaan, kejujuran, keberanian yang benar, kerendahhatian, dan kebersamaan dalam kesetaraan.

Bahtsul Masail adalah di antara tradisi ilmiah yang dikembangkan pesantren dan para santri. Dalam ajang adu data ilmiah terkait suatu referensi muktabar ini, yang dirujuk bukan siapa santri yang menyatakan, tapi bagaimana argumentasi dan maraji’ dapat dipertahankan di hadapan para peserta.

Di antara aktivis Bahtsul Masail yang saat ini populer di tengah masyarakat, tampil apa adanya, sederhana namun tajam ilmiah mengurai keislaman terutama dalam disiplin tafsir dan fikih adalah Gus Baha’.

Sehingga hemat kami, kado terbesar Hari Santri Nasional (HSN) tahun ini adalah tampil diterimanya Gus Baha’ sebagai representasi santri yang alim intelektual.

Dalam keseharian, Gus Baha’ Nursalim menjalani hidup secara sederhana dan santai. Misalnya, ketika bersama Gus Maemun Nuruddin Qosim. Keduanya, adalah sesama alumni Pesantren Sarang, asuhan Kiai Maemun Zubair.

Gus Baha’ selama di pesantren memang terkenal terlatih dalam diskusi fiqih dalam forum Bahtsul Masail. Gus Maemun Nuruddin Qosim yang berasal dari Pesantren Tsamrotur Roudloh Tegalsari Banyuwangi pun demikian. Beliau yang saat ini adalah Katib Syuriyah PWNU Bali, sebelumnya adalah aktivis Bahtsul Masail dan adalah Ketua LBM PWNU Bali. (Red)

Leave a reply