Cinta Tanah Air Perspektif Aswaja (Bagian 2/Habis)
Oleh: K. Lukmanul Hakim (Pengasuh PP Al-Inabah, Tambaksari Surabaya)
Teladan cinta tanah Air dari Nabi Saw juga terekam dalam beberapa hadits. Di antaranya doa dalam beliau:
اَللهم حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِيْنَةَ كَمَا حَبَّبْتَ إِلَيْنَا مَكَّةَ وَاجْعَلْ مَا بِهَا مِنْ وَبَاءٍ بِخَمٍّ. اَللهم إِنِّي قَدْ حَرَّمْتُ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا كَمَا حَرَّمْتَ عَلَى لِسَانِ إِبْرَاهِيْمَ الْحَرَمَ (أحمد، والرويانى، والضياء عن أبى قتادة. قال المناوى: بإسناد حسن)
“Ya Allah, cintakan Madinah kepada kami sebagaimana Engkau cintakan Makkah kepada kami, dan jadikanlah Madinah bersih dari segala wabah. Ya Allah sesungguhnya Aku mengharamkan diantara dua tanah tandusnya sebagaimana Engkau jadikan tanah haram melalui doa Nabi Ibrahim.” (HR. Ahmad, ar-Rauyani dan ad-Dhiya’ dari Abu Qatadah)
Dalam hadits Shahih al-Bukhari juga disebutkan:
وَعَنْ أَنَسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جَدَرَاتِ الْمَدِيْنَةِ أَوْضَعَ رَاحِلَتِهِ، وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا . (رواه البخاري)
“Diriwayatkan dari Anas, bahwa ketika Nabi Saw datang dari bepergian (dengan mengendarai onta) lalu menatap dinding-dinding kota Madinah, maka beliau percepat lajunya; dan bila mengendarai hewan kendaraan lainnya (seperti bighal dan kuda), maka beliau gerak-gerakkan tunggangannya karena kecintaannya terhadap Madinah.” (HR. al-Bukhari)
Pakar hadits asal Cordova, Ibn Batthal (w. 449 H/1057 M) dalam penjelasannya atas hadits-hadits al-Bukhari yang terkenal dengan judul Syarh Ibn Batthal (VIII/35) menyatakan:
“Ucapan Anas: “Min hubbiha” mengandung makna, bahwa tindakan Nabi Saw menggerak-gerakkan tunggangannya (agar lajunya semakin cepat) itu didorong oleh kecintaan beliau terhadap kota Madinah, tempat tinggal keluarga dan anak-anaknya yang juga sangat dicintainya. Hal ini sangat wajar, sebab Allah memang telah menjadikan hati manusia untuk mencintai dan rindu terhadap tanah airnya. Begitu pula yang terjadi pada Nabi Muhammad Saw sebagai teladan utama bagi umatnya.”
Penjelasan secara elegan juga disampaikan oleh al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari (III/621):
وَفِي الْحَدِيْثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِيْنَةِ وَعَلَى مَشْرُوْعِيَّةِ حُبِّ الْوَطَنِ وَالْحَنِيْنِ إِلَيْهِ.
“Dalam hadits riwayat Anas ini terdapat petunjuk atas keutamaan kota Madinah dan disyariatkannya cinta tanah air dan kerinduan terhadapnya.”
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Meskipun status hadits dengan redaksi hubbul wathan minal iman adalah maudhu’ (palsu), namun maknanya shahih.
2. Keshahihan makna hubbul wathan minal iman terbukti dengan dalil al-Qur’an maupun hadits hasan-shahih sesuai pemahaman ulama-ulama Ahlussunnah yang otoritatif (mu’tabar)
3. Cinta tanah air menjadi kecenderungan alamiah bagi manusia, termasuk bagi Nabi Muhammad Saw.
4. Cinta tanah air merupakan bagian dari ajaran Islam dan bahkan diteladankan langsung oleh Nabi Muhammad Saw.
Ilustrasi: pustakacompass.com