Pasuruan – Ketua PBNU, H Saifullah Yusuf memastikan bahwa sejumlah tokoh muslim dunia yang beraliran moderat akan berkumpul bulan depan. Mereka akan membahas peradaban Islam toleran.
Hal tersebut disampaikan Gus Ipul, sapaannya saat menghadiri pembukaan Konferensi Cabang NU Kabupaten Pasuruan, Sabtu (23/4/2016).
Wakil Gubernur Jawa Timur itu mengatakan, pertemuan bertajuk “International Summit of The Moderate Islamic Leaders (Isomil)” itu akan dihadiri tokoh Islam moderat dari 40 negara. “NU akan melakukan pertemuan internasional dengan yang mengundang tokoh Islam moderat dari 40 negara,” katanya.
Gus Ipul menjelaskan, pertemuan tokoh Islam internasional itu merupakan tindak lanjut dari Muktamar ke-33 NU di Jombang, yakni menjadikan Islam Nusantara sebagai inspirasi dunia.
“Selama ini Islam kan Timur Tengah. Selama ini Timur Tengah gegeran terus. Kita ingin membangun peradaban ini dengan membangun Islam Nusantara sebagai inspirasi,” jelasnya.
Ia mencontohkan Islam di Suriah. Menurutnya, ulama di negara tersebut cukup banyak, namun tidak disertai dengan cinta tanah air. Sehingga Islam yang ada menjadi radikal.
“Di Suriah tidak kurang orang alim. Tapi di sana tidak plus cinta tanah air. Lagu hubbul wathan minal iman tidak ada di sana,” ungkapnya.
Gus Ipul dan PBNU mengaku miris melihat aksi pembunuhan di Suriah yang telah mencapai sekitar 300.000 orang dalam lima tahun perang saudara. Jutaan orang mengungsi ke negara lain. “Mereka hijrah dari negara Islam ke negara lain yang bisa jadi tidak ada kaitanya dengan Islam,” ungkapnya.
Oleh karenanya pihaknya menganggap bahwa cinta tanah air merupakan sebuah kewajiban. “Aqidah nomor satu, nomor dua cinta tanah air. Tidak ada gunanya kita punya aqidah tapi tidak punya cinta tanah air,” tega Gus Ipul.
Hal yang sama juga diungkapkan Rais Am PBNU KH Ma’ruf Amin. Menurutnya, faham radikalisme menjadi masalah yang harus diselesaikan. “Dunia ini ada ketakutan dengan Islam radikal. Orang-orang ini (radikal) tidak takut mati, malah minta-minta (supaya mati). Nah ini sulit dilawan,” jelasnya. Untuk mengatasi radikalisme itu, kata Ma’ruf, adalah Islam moderat.
Saat ini sudah banyak Islam di Eropa yang ingin merubah menjadi Islam Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah atau Islam yang dimiliki NU. “Isu Islam Nusantara sebagai bungkus menarik perhatian dunia. Sehingga mereka ingin merubah menjadi IslamAhlussunnah wal Jamaah Annahdliyah,” jelasnya.
Sumber: Babatpost
Editor: Saiful