Tiga Hikmah Isra’ Mi’raj yang Harus Jadi Pedoman

0
1497
Bagikan Sekarang

Jombang – Kegiatan memperingati hari besar keagamaan jangan semata berhenti pada upacara ataupun seremonial. Yang terpenting adalah mengambil hikmah dari kejadian, termasuk Isra’ Mi’raj yang diperingati setiap tahun.

Setidaknya ada tiga hal yang dapat dipetik dari peringatan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga Sidratul Muntaha tersebut. Yakni pemantapan akidah, menjaga syariah serta menyempurnakan akhlakul karimah.

Intisari ini disampaikan H Khoirul Anam, MHI pada acara Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dan Sarasehan Menguatkan Aqidah Ahlussunnah Waljamaah dalam Bingkai Ukhuwah Islamiyah. Kegiatan diselenggarakan Pimpinan Komisariat IPNU dan IPPNU Madrasah Aliyah Unggulan KH Abd Wahab Hasbulloh (MAU WH), Tambakberas Jombang, Selasa (2/5).

“Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa dalam agama, tidak seluruh perintah agama bisa dirasionalkan,” kata H Khoirul Anam di aula MAU WH. Justru dengan peristiwa tersebut memberikan penegasan kalau aspek keimanan menjadi tolok ukur bagi keislaman seseorag dalam menjalankan perintah agama, lanjutnya.

Yang juga tidak kalah penting dari Isra’ Miraj adalah adanya perintah langsung bagi kewajiban shalat. “Ini juga memberikan pelajaran bahwa aspek syariah menjadi hal penting untuk memastikan kadar keislaman seseorang,” kata dosen di Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah atau Unwaha tersebut.

Hikmah diberikannya kesempatan Nabi Muhammad SAW untuk naik hingga Sidratul Muntaha (Mi’raj) adalah dapat mengetahui kondisi umatnya kelak yang tidak menjaga akhlakul karimah dengan sesama.

Sekedar contoh, Nabi saat Mi’raj dipertontonkan dengan kondisi seseorang yang kukunya terbuat dari tembaga. “Ternyata yang bersangkutan mencakar sendiri mukanya hingga rusak, dan begitu seterusnya,” ungkapnya.

Dalam pandangan Ustadz Khoirul Anam, ini menandakan bahwa tidak sedikit yang gemar mencari kesalahan orang lain. “Karenanya, dengan Isra’ Mi’raj kita diingatkan agar selalu menjaga perilaku atau akhlak kita dalam bergaul dengan sesama,” jelasnya.
Karenanya, ia sependapat dengan moto MAU WH yang tidak semata ingin mencetak generasi pintar, juga benar. “Harus juga diupayakan membangun akhlakul karimah, tidak semata berburu pintar,” pungkasnya. (s@if)

Leave a reply