Menelusuri Jaringan Ulama Nusantara

0
706
Bagikan Sekarang

bedah buku
SURABAYA (26/04/16) Banyak cara yang dilakukan warga Nahdlatul Ulama dalam menyambut hari lahir organisasi Islam terbesar di Indnonesia tersebut. Salah satunya seperti yang dicontohkan oleh Pengurus Cabang Lembaga Ta’lif wa Nasyr (PC LTN NU) Kota Surabaya. Dalam rangka turut meramaikan momen harlah NU ke-93, pengurus LTN NU Kota Pahlwan tersebut menyelenggarakan bedah buku Masterpiece Islam Nusantara karya Zainul Milal Bizawie di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Zaenul Milal dalam pemaparannya menyatakan, bahwa dengan adanya jaringan ulama yang tersebar diseluruh penjuru nusantara inilah, yang mampu mengeskplorasi peran ulama dalam memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan NKRI. Selain itu, ia menambahkan bahwa sanad keilmuan yang dimiliki oleh ulama nusantara menjadikan keterhubungan antar ulama menjadi sangat kokoh.

Sementara itu, dalam sambutanyya, Rizal Mumazziq Zionis selaku ketua LTN NU Surabaya mengungkapkan bahwa, ternyata peran pesantren tua yang berawal huruf T didepannya, mempunyai peran penting dalam melahirkan beberapa ulama besar yang tersebar di nusantara. Pesantren tua tersebut antara lain Tebuireng, Tremas, Takeran dan pesantren tua yang berawalan huruf T lainnya.

“Dengan kesanadan ilmu dan jejaring antar ulama inilah, akhirnya resolusi jihad yang di kobarkan oleh Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ary mampu menggerakkan umat Islam dinusantara untuk saling bahu membahu membela tanah air” imbuhnya.

Selain itu, Kiai Muhibbin Zuhri selaku pembanding menambahkan, bahwa resolusi jihad yang dikumandangkan oleh Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari merupakan buah dari istikhoroh yang sangat panjang, ada beberapa pertimbangan yang patut dipertahankan dalam resolusi ini, yakni bukan karena adanya alasan kekafiran namun ada kepentingan penyelamatan kemaslahatan umat manusia yang akhirnya menjadikan pemberlakuan resolusi jihad ini sangat penting untuk dijalankan.

Dosen UIN Sunan Ampel ini juga memaparkan bahwa Islam Nusantara mempunyai makna yang menyeluruh, yakni Islam Nusantara harus mampu memberikan suatu titik kesempurnaan dengan keotentikannya. Maksudnya adalah, perlu mempertahankan sistem kemadzhaban yang didalamnya mampu melakukan pembentukan karakter.

“Dengan kemadzhaban inilah nantinya akan memunculkan tokoh sentral dalam masyarakat, yang akan mampu menjaga dan mempertahankan keutuhan masyarakat dalam satu lingkup berupa Negara Kesatuan Republik Indonesia” ujarnya.

Acara yang digelar pada hari selasa (26/4) tersebut, digelar dengan menggandeng beberapa pihak, antara lain PW RMI Jatim, MPII Jatim, Komunitas Baca Rakyat (KOBAR) serta HMJ SKI UIN Sunan Ampel. Forum akademik ini, dihadiri oleh langsung ketua PCNU Kota Surabaya, Dr. Muhibbin Zuhri yang juga menjadi pembanding dalam forum tersebut, kemudian penulis buku dan di moderatori oleh Chafid Wahyudi ketua KOBAR

Leave a reply