Literasi Informasi, Solusi Terhindar dari Berita Bohong

0
484
Bagikan Sekarang

Surabaya — Di media sosial atau Medsos, nyaris tidak ada filter bagi berita yang disebarkan. Antara berita bohong dan fakta berbaur dan dijadikan rujukan. Karenanya memperbanyak literasi informasi yang memiliki kredibilitas akan mampu menghadapi berita bohong yang kerap beredar.

Hal ini sebagaimana disampaikan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Surabaya, Achmad Muhibbin Zuhri. Menurutnya, perkembangan medsos yang tumbuh pesat kini menjadi sumber informasi masyarakat. Namun sayangnya, masyarakat belum memiliki kemampuan menyerap informasi yang valid, mengetahui ciri-ciri berita hoax, dan konsekuensi penyebarannya.
“Itu yang belum dipahami orang, akhirnya hoax menjadi viral,” kata Muhibbin saat dihubungi, Rabu, (4/1). Menurut dosen pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut, masyarakat perlu mendapat advokasi agar melek media sosial dan terhindar dari berita bohong.

Untuk itu, Muhibbin melanjutkan, tokoh-tokoh masyarakat, ulama, dan politikus perlu dilibatkan. Masyarakat Indonesia, menurut dia, cenderung mengikuti patron-patron tersebut. Apabila para tokoh itu menyebar hoax, otomatis masyarakat mengikuti. Demikian pula sebaliknya. Itu sebabnya, para tokoh tersebut mesti dirangkul agar masyarakat terhindar dari berita bohong.

Dari sisi internal, Muhibbin mengatakan NU Surabaya memagari media-media informasinya dari berita-berita semacam itu. Diskusi-diskusi internal di kalangan kader-kader anak muda juga kerap dilakukan, yakni tiap Selasa.

“Kami memperbanyak tabayun, artinya mengklarifikasi informasi,” ucapnya. Dia menambahkan, NU Surabaya satu arah dengan pengurus NU pusat yang membentuk satuan tugas untuk mengadvokasi masyarakat agar terhindar dari berita hoax. NU, Muhibbin berujar, juga membuka diri untuk berkomunikasi dengan pihak mana pun yang berniat “memerangi” berita bohong.

Sumber: Tempo
Editor: Syaifullah

Leave a reply